Indahnya Nusantara karena keragaman, dan menyatu menawarkan harmoni yang menyejukkan. Keragaman dan perbedaan tersebut karena beda suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Perbedaan tersebut sejatinya membuat budaya Nusantara ini terlihat indah dan menarik di kalangan mata dunia, terutama wisatawan.
Seperti setiap suku di memiliki ciri khas tersendiri, salah satunya adalah rumah adat tradisional. Hal-hal yang menyangkut budaya seperti ini akan menjadi hal menarik untuk dinikmati sebagai tujuan wisata budaya, seperti juga halnya rumah adat tradisional Bali.
baca juga; wisata budaya di Bali >>>>
Keberadaan rumah adat tradisional yang ada di belahan bumi Nusantara adalah warisan budaya leluhur yang masih terjaga dan bisa ditemukan dengan mudah saat ini.
Beberapa rumah adat yang ada di kepulauan Nusantara diantaranya, rumah adat tradisional Bali, Aceh, Jambi, Jawa, Riau, Banten, Jogja, Sasak dan berbagai rumah adat lainnya seperti Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.
Semua rumah adat tersebut menyuguhkan, keindahan dan keunikan, sehingga akan cukup menarik untuk anda nikmati, namun jika anda ingin mengenal lebih dekat keberadaan rumah adat di Nusantara dan jika kebetulan liburan ke pulau Dewata Bali, maka anda bisa berkunjung ke Taman Nusa Bali lokasinya di desa Sidan Gianyar.
Tempat wisata ini menyediakan tempat rekreasi, menyuguhkan bentuk asli dari masing-masing rumah adat tradisional tersebut, termasuk juga rumah adat Bali.
baca juga; objek wisata Taman Nusa Bali >>>>
Bukti sejarah peninggalan masa lalu akan keberadaan rumah adat tradisional Bali, dengan arsitektur masa lampau yang masih terjaga sampai saat ini adalah di Puri Saren Agung atau dikenal dengan Puri Ubud atau Istana Ubud.
Di sini anda bisa menyaksikan keberadaan rumah adat tradisional Bali berikut perjalanan sejarah puri Ubud dengan lebih leluasa, karena Puri Ubud ini menjadi salah satu tempat wisata dan menjadi tujuan tour bagi wisatawan.
Rumah Tradisional adat Bali
Sebagai tujuan wisata dunia, tentunya apa yang disuguhkan oleh pulau Dewata Bali akan menjadi daya tarik bagi wisatawan, apalagi berkaitan dengan masa lampau, sejarah dan budaya, salah satunya adalah rumah tradisional adat, tentunya memiliki ciri, bentuk dan arsitektur berbeda dengan suku lainnya di Indonesia.
Rumah adat tradisional Bali memang berkaitan erat dengan kepercayaan keagamaan penduduknya yang mayoritas Hindu. Tata letak, arsitektur atau desain bangunan tradisional adat Bali ini merupakan peninggalan dari arsitektur budaya agama Hindu.
Sehingga berkaitan erat dengan kepercayaan umatnya, untuk itulah warga non Hindu, seperti misalnya warga muslim yang menetap dan memiliki tempat tinggal di Bali bisa dipastikan tidak akan memiliki rumah adat di Bali.
baca juga; tari tradisional Bali >>>>
Walaupun tidak semua masyarakat Hindu Bali memiliki rumah adat Bali, seperti bangunan warga urban di daerah perkotaan dengan lahan terbatas, pekarangan sempit ataupun bangunan bertingkat.
Namun ciri khas rumah bangunan mereka terlihat adanya bangunan sanggah (pura dalam pekarangan) pada bagian hulu (Utara, Timur atau lantai atas) atau setidaknya ada bangunan tugu Pengijeng Karang, yang mencirikan bahwa mereka adalah penduduk umat Hindu.
Dari bangunan seseorang terlihat jelas perbedaan tersebut antara masyarakat asli Bali dengan pendatang dari luar Bali (non Hindu), namun kehidupan mereka tetap harmonis, sikap toleransi terjaga dengan baik, tidak ada arogansi kepada penduduk pendatang.
Bahkan di pulau Dewata Bali sendiri ada sebuah tradisi adat atau kebiasaan yang dinamakan “ngejot” yakni saling memberi (berupa makanan) kepada sesama, memberikan makanan kepada warga lainnya yang tidak melakukan hajatan, karena tidak setiap upacara keagamaan di Bali itu dilakukan bersamaan, termasuk kepada mereka warga non Hindu.
baca juga; kebiasaan orang Bali >>>>
Dengan adanya tradisi tersebut, akhirnya warga Non Hindu, seperti kewajiban moral untuk memberi sesuatu saat mereka mempunyai hajatan, tidak ditentukan besar kecilnya, tetapi yang terpenting adalah niat, untuk menjalin persaudaraan, sehingga warga bisa saling mengenal dan muncul rasa kebersamaan. Karena perbedaan itu indah dalam satu kebersamaan.
Denah, Dekorasi, Arsitektur dan Desain
Rumah adat tradisional Bali, dibangun dengan memperhatikan arsitektur, denah atau tata letak, desain dan ornamen yang menghiasi bangunan tersebut, berdasarkan petunjuk dan pedoman dalam Asta Kosala Kosali atau fengshui-nya Bali.
Merujuk akan hal tersebut apalagi bangunan suci atau pura maka beberapa hal yang akan dipertimbangkan dalam tata cara pembangunan rumah adat tradisional Bali seperti tata letak, jarak setiap bangunan atau tata bangunan, pengaturan tempat tinggal dengan tempat suci (sanggah/pura), mencari hari baik, serta pelaksanaan yadnya yang berlandaskan filosofis, etis dan ritual.
baca juga; objek wisata pura di Bali >>>>
Jika semua asfek tersebut dipenuhi, maka selain rumah adat Bali tersebut akan tampil indah, nyaman juga diharapkan terwujud harmoni atau hubungan yang baik antara penghuni dengan dengan sesama, dengan alam dan dengan Tuhan.
Tentunya rumah adat Bali ini tetap memperhatikan cuaca setempat, biasanya pada dataran tinggi seperti Kintamani, tembok rumah sengaja dibuat lebih pendek, agar meminimalis sirkulasi udara dingin. Bentuk rumah adat Bali inipun tergantung juga kemampuan ekonomi pemiliknya, seperti bahan yang digunakan juga termasuk ornamen ukiran yang terpatri pada dinding-dinding bangunan.
Tata Letak, posisi Bangunan Rumah tradisional adat Bali
Setiap rumah adat tradisional Bali pada bagian depannya terdapat pintu masuk yang dinamakan angkul-angkul, atau pada sebuah bangunan suci pintu masuk atau gapura tersebut dinamakan candi bentar. Semua rumah dikelilingi tembok, memastikan batas rumah dengan tetangga, kebun ataupun kandang hewan peliharaan.
baca juga; tempat wisata tradisional di Bali >>>>
Pada umumnya di sebuah pekarangan rumah adat, pada sisi Utara dan Timur diperuntukkan sebagai tempat suci, untuk itulah dipilih sudut Timur Laut sebagai tempat bangunan sanggah (tempat suci), kemudian arah Selatan (posisi dapur) dan Barat (posisi bangunan tempat tidur) dianggap tempat lebih rendah.
Bangunan yang ada dalam pekarangan rumah bukanlah bangunan tunggal, ada beberapa buah bangunan lainnya yang memperhatikan tata letak dan arah atau posisi bangunan tersebut.
Seperti sebelah Timur laut untuk areal suci, pada sisi sebelah Utara ada bangunan Bale Daja untuk menerima tamu, Sebelah Barat ada bangunan Bale Dauh untuk tempat tidur ada juga Bale Meten difungsikan untuk tempat tidur keluarga.
Di sebelah Timur ada Bale Dangin untuk tempat upacara keagamaan seperti Manusa dan Pitra Yadnya dalam sehari-hari bisa sebagai tempat berkumpul bersama keluarga, sebelah Selatan ada dapur.
Dalam pekarangan tersebut ada juga bangunan pengijeng karang, dan ada kemungkinan ada sumur dan bangunan Lumbung yang letaknya sesuai petunjuk yang ada pada panduan Asata Kosala Kosali.
baca juga; budaya dan tradisi unik di Bali >>>>
Semua aturan dan bentuk yang dirancang ada makna-makna khusus. Dalam tahap pengerjaan rumah di Bali tidak hanya rumah adat tradisional, apalagi sebuah bangunan suci, dipilih hari baik, dimulai dengan upacara atau dewasa Ngeruwak, Nasarin, Nguwangun, Mengatapi, Memakuh/ Melaspas.
Selain itu jika pekarang rumah bekas tegalan ataupun sawah terlebih dahulu dilakukan upacara Upacara Nyapuh sawah dan tegal atau nyapuh pundukan, dan spesial untuk pekarangan bekas persawahan dilakukan upacara ngantukang Ida Bhatara Sri. Upacara -upacara tersebut tetap disesuaikan dengan situasi, kebiasaan dan adat setempat.
Bangunan rumah tradisional adat Bali, menjadi warisan budaya leluhur yang wajib dilestarikan, dengan perkembangan modernisasi rumah adat tradisional ini dipadukan dengan bangunan modern.
Jika anda ingin menyaksikan bentuk utuh dan lengkap dari rumah adat Bali tersebut, maka anda bisa berkunjung ke pusat-pusat objek wisata puri, seperti salah satunya di puri Agung Saren Ubud, Puri Ubud memang populer menjadi objek wisata di Bali.
Bagian-bagian dari rumah adat tradisional Bali
- Angkul-Angkul
Merupakan pintu masuk utama atau gapura pada sebuah pekarangan rumah adat, atau bagian bangunan paling depan desain dibuat dengan model tradisional. - Aling-aling
Setelah masuk melalui angkul-angkul terdapat aling-aling yang merupakan tembok pembatas antara anatar pekarangan dengan pintu masuk. - Merajan/Sanggah
Ini adalah pura keluarga,lokasinya di Timur Laut, merupakan bangunan utama dalam sebuah pekarangan rumah adat, sesederhana apapun rumah tersebut sanggah tersebut wajib ada. - Bale Daja/Bale Meten
Bangunan lokasinya di sebelah Utara, diperuntukkan untuk tempat tidur kepala keluarga atau anak yang masih gadis, diperuntukkan juga untuk tempat barang-barang bertuah. - Bale Dauh
Lokasinya di sebelah Barat, pondasi bangunan dibuat lebih rendah dibandingkan dibandingkan bale Meten. Bangunan ini dibuat sesuai kemampuan ada yang bertiang 6 (sekenem), tiang 8 dan tiang 9 (Singasari), merupakan tempat tidur anggota keluarga. - Bale Dangin
Lokasinya sisi Timur, bangunan ini dibuat untuk tempat upacara keagamaan seperti upacara pernikahan, otonan, tiga bulanan dan lainnya. Bale Dangin menggunakan 1 bale (tempat tidur), sedangkan yang menggunakan 2 tempat tidur dan bertiang 12 dikenal dengan Bale Gede, difungsikan juga sebagai tempat tidur. - Bale Delod
Lokasinya pada sisi Timur pekarangan, dipergunakan untuk keperluan upacara adat, seperti tempat persemayaman jasad yang meninggal sebelum upacara ngaben. Fungsinya juga sebagai tempat meletakkan banten (sesajian) saat ada upacara yadnya. - Pewaregan/Paon
Ini adalah bangunan dapur bagi keluarga, lokasinya di sebelah hilir pada sisi Selatan, berhadapan dengan Bale Meten. Bangunan dapur di bagi dua, satu ruangan untuk memasak dan satu ruangan untuk tempat makan. - Sekepat
Ini adalah bangunan terbuka, sebagai tempat keluarga dan anak-anak bersantai, Bentuknya minimalis bertiang 4, bisa juga sebagi tempat tidur sambil beristirahat. - Jineng/Klumpu
Dikenal juga dengan nama bangunan lumbung, bangunan ini dibuat sebagai padi, bentuknya biasanya beratapkan ilalang, yang banyak diadopsi oleh penyedia akomodasi hotel. Walupun tidak memiliki pada lagi, tetapi bangunan jineng masih tetap terlihat di sejumlah rumah adat tradisional.
Walaupun rumah adat tradisional Bali ini sekarang ini jarang bisa ditemukan lengkap, karena alasan biaya dan tempat, tetapi sejumlah bagian penting dari rumah adat tersebut masih tetap ada, termasuk rentetan upacara keagamaan atau prosesi dalam pembangunan tetap dilaksanakan sesuai keyakinan Hindu.
Kami menyediakan informasi lengkap tour murah di Bali, sewa mobil dan juga sewa bus pariwisata. Informasi tentang budaya adat dan tradisi unik, termasuk daftar objek wisata tersedia lengkap. Layanan rekreasi rekreasi rafting di Ubud, watersport, wisata mendaki Gunung, wisata kapal selam Odyssey Submarine dengan harga lebih murah tersedia melengkapi liburan keluarga anda.
Leave a Reply