Satu lagi budaya dan tradisi unik di Bali yang cukup menjadi perhatian banyak orang apalagi wisatawan. Tradisi unik yang digelar oleh warga Banjar Kaja desa Sesetan, Denpasar ini dikenal dengan Omed-omedan, tradisi ini hanya diikuti oleh sekehe teruna-teruni (muda-mudi) warga banjar asli setempat, dan digelar sekali dalam setahun, pada saat upacara ngembak geni atau sehari setelah Nyepi.
Jika saat perayaan Nyepi anda menikmati hening, sunyi dan tenangnya pulau Bali, esok harinya anda bisa menikmati kemeriahan dan semarak perayaan Omed-omedan ini, lokasinya berdekatan dengan pusat pariwisata Kuta, Sanur, Nusa Dua maupun Jimbaran, sehingga anda bisa meluangkan waktu wisata anda untuk berkunjung ke desa Sesetan. Anda bisa sewa mobil di Bali dan mengatur tour anda untuk berkunjung ke desa Sesetan.
Tradisi Omed-omedan di Sesetan ini dimulai sekitar pukul 14.00, berlangsung selama 2 jam, jika anda ingin menikmati keunikan tradisi tersebut datanglah sebelum prosesi tersebut dimulai, untuk meyakinkan bisa menyaksikannya dari dekat.
Tradisi Omed-omedan di Bali tarik menarik sampai ciuman
Arti kata Omed-omedan adalah tarik menarik yang dilakukan antara pemuda-pemudi warga banjar, kemudian terkadang dibarengi dengan ciuman antara keduanya. Tradisi ini digelar sebagai wujud kebahagiaan dan kemeriahan saat ngembak geni, setelah melakukan brata selama sehari penuh saat hari Raya Nyepi, esok harinya pemuda-pemudi meluapkan kebahagiaan mereka dalam bentuk tradisi yang unik.
Bali sebagai daerah tujuan wisata, tentu hal-hal yang berbau unik dan tradisional akan menjadi daya tarik tersendiri. Luangkan waktu tour anda hanya sekitar 2 jam menikmati pergelaran tradisi Omed-omedan ini, anda akan mendapatkan pengalaman liburan yang menarik karena selain dapat mengunjungi objek wisata di Bali juga bisa mengenal lebih ragam budaya dan tradisinya.
Saat prosesi ini digelar warga Banjar akan dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pemuda dan pemudi dalam posisi saling berlawanan, mereka berhadap-hadapan, kemudian seorang pemuda dan pemudi digotong, saling tarik menarik, berpelukan kemudian sampai berciuman, diiringi dengan gambelan khas Bali, peserta wanita biasanya akan terlihat malu-malu, namun itulah tradisi. mereka akan disiram dengan air, bahkan siraman air mengenai penonton, jika anda bawa barang-barang yang sensitif dengan air, aturlah jarak anda menonton dari tempat tradisi Omed-omedan ini digelar.
Prosesi Omed-omedan berlangsung dengan tertib dipandau dan diawasi oleh para pecalang (polisi adat di Bali), para pemuda pemudi ini akan dipilih bergantian, mereka yang mendapat giliran akan ditaruh pada posisi depan, dan mereka saling beradu, saling berpelukan erat, ada kalanya beradu kening, pipi dan bahkan bibir, kemudian masing-masing anggota kelompok akan menarik rekannya yang berpelukan sampai lepas, dan jika masih belum bisa dilepaskan, maka panitia akan menyiramkan air ke pasangan yang berpelukan tersebut bahkan sampai ke penonton.
Peserta dari Omed-omedan haruslah belum menikah dan minimal berusia 13 tahun, dalam prosesi ini terlihat luapan kebahagiaan serta kemeriahan, bahkan banyak dari peserta yang kesurupan (trance). Tradisi ini adalah warisan leluhur yang sudah berlangsung dari ratusan tahun lalu dan diyakini warga memiliki nilai sakral dan akan mengalami hal-hal buruk jika tidak digelar. Omed-omedan ini digelar sampai sekarang tentunya ada latar belakang sejarahnya, tidak mengganggap ini sebagai acara ciuman masal, kesan tersebut muncul karena anda hanya menyaksikannya saja tidak mengetahui latar belakangnya.
Sejarah tradisi Omed-omedan di Sesetan
Dalam sisi etika, berpelukan kemudian saling berciuman tentu tidak pantas bagi adat ketimuran kita, dan itupun dirasakan pula oleh warga banjar Kaja Sesetan. Namun karena hal tersebut adalah budaya warisan leluhur dan menjadi sebuah tradisi yang harus dilaksanakan, maka kita jangan memandangnya dari sisi luarnya saja.
Omed-omedan itu sendiri sudah digelar sejak jaman penjajahan Belanda. Ceritanya berawal dari sakitnya sang Raja dari Puri Oka Sesetan, berbagai tabib telah mencoba untuk mengobati sakit sang raja, namun hasilnya nihil, raja tidak kunjung sembuh.
Seperti biasa sehari setelah perayaan hari Raya Nyepi, warga menggelar tradisi Omed-omedan, saking antusiasnya warga, suasana menjadi gaduh. Kegaduhan dan keriuhan tersebut membuat raja yang sedang sakit keras merasa terganggu dan marah besar, dengan berjalan sempoyongan raja keluar melihat warganya yang sedang saling rangkul dalam tradisi Omed-omedan, anehnya raja tidak jadi marah dan ajaibnya sakit sang Raja sembuh dan sehat sedia kala.
Dan mulai saat itulah raja mengeluarkan titah agar tradisi Omed-omedan rutin dilaksanakan setiap hari Ngembak Nyepi setahun sekali. Pada jaman kolonial Belanda, pernah tradisi Omed-omedan tersebut dilarang, dan warga tidak lagi melakukan tradisi tersebut. Setelah tradisi tersebut tidak dilakukan entah dari manan datangnya 2 ekor babi, mereka berkelahi sampai berdarah kemudian menghilang entah kemana. Raja dan warga minta petunjuk, dan ini dianggap sebagai pertanda buruk dan akhirnya Omed-omedan tersebut digelar kembali sampai sekarang ini.
Bali Tours Club memberikan berbaga informasi, baik itu tentang budaya dan tradisnya, objek wisata di Bali termasuk layanan wisata lengkap dari sewa mobil sampai paket tour lengkap juga sejumlah tiket rekreasi seperti cruise, Ayung dan Telaga Waja Rafting, Odyssey Submarine Bali dengan kapal selam wisatanya, sampai trekking ke Gunung Agung.
Leave a Reply