Budaya dan Tradisi Unik di Bali

Budaya dan tradisi yang diwariskan oleh leluhur, jika dilestarikan sampai sekarang ini tentu akan menjadi sebuah tradisi unik, seperti yang kita banyak temukan di wilayah Indonesia termasuk juga Bali, warisan atau peninggalan budaya masa lampau tersebut, yang banyak berasal dari warisan Bali kuno.

Budaya dan tradisi yang diwariskan tersebut terkadang menjadi salah salah satu cara hidup sekelompok masyarakat yang masih tradisional dan menjadi sesuatu hal yang sangat menarik untuk diketahui, tidak hanya bagi wisatawan, bahkan juga bagi warga lokal.

Sejumlah tradisi unik yang disuguhkan menjadi sebuah atraksi dan sebagai suguhan bagi wisatawan yang liburan ke pulau Bali. Budaya serta tradisi unik tersebut masih bisa berkembang dan dilestarikan sampai sekarang ini sangat berkaitan dengan keyakinan masyarakat akan ritual atau prosesi yang terbungkus dalam sebuah tradisi.

Budaya dan tradisi unik di pulau Dewata Bali

Keyakinan masyarakat akan tradisi yang dilakukan oleh warga pada sebuah tempat, berdasarkan keyakinan warga setempat, seperti keyakinan akan terjadi musibah jika tradisi atau ritual tersebut tidak dilakukan.

Juga karena berhubungan dengan keyakinan beragama untuk penghormatan kepada Tuhan ataupun pada leluhur, sehingga menjadi sebuah budaya bagi masyarakat di pulau Bali.

baca juga; budaya dan adat kebiasaan orang Bali >>>>

Tradisi unik yang digelar pada sejumlah tempat di pulau Bali tersebut, menjadi hal yang istimewa untuk dinikmati oleh wisatawan, apalagi mereka yang kebetulan liburan di pulau Dewata, bisa menemukan sejumlah kebiasaan atau hal-hal tradisional pada zaman modern sekarang ini akan kan mendapatkan pengalaman istimewa yang tidak bisa ditemukan di daerah lainnya.

Macam-macam Budaya dan Tradisi Unik di pulau Bali

Berikut macam-macam tradisi unik yang ada di beberapa tempat di pulau Bali, serta penjelasan detailnya berikut;

1. Pemakaman desa Trunyan

Tengkorak manusia di Desa TrunyanPada umumnya orang meninggal di Bali, terutama bagi umat Hindu selain dikubur bisa dibakar atau dikremasi langsung, namun demikian suatu tradisi unik dengan budaya yang berbeda bisa anda temukan di Desa Trunyan Kintamani, kabupaten Bangli, yang juga merupakan salah satu desa Bali Aga.

Pada saat orang meninggal, maka tubuh atau jasad orang tersebut hanya diletakkan di bawah pohon Menyan, jasad tersebut diletakkan di atas tanah tanpa dikubur, hanya dipagari oleh bambu (ancak saji) agar tidak dicari oleh binatang atau hewan liar.

Anehnya tidak sedikitpun dari jasad tersebut berbau busuk, sampai akhirnya tinggal tersisa tulang belulang saja, dan tulang belulang itu nantinya diletakkan pada sebuah tempat di kawasan tersebut, pemakaman di Trunyan ini melengkapi daftar budaya dan tradisi unik bumi Nusantara – Indonesia.

Karena keunikan tersebut pemakaman desa tradisional Trunyan menjadi destinasi wisata yang menjadi tujuan tour wisatawan ketika liburan di pulau Dewata.

2. Tradisi Mekare-kare

Tradisi Mekare-kare di TengananMekare-kare ini dikenal juga dengan perang pandan, tradisi unik di pulau Bali hanya dilakukan di desa tradisional Tenganan, Karangasem yang dikenal juga sebagai desa Bali Aga.

Perang dilakukan berhadap-hadapan satu lawan satu dengan masing-masing memegang segepok pandan berduri sebagai senjata. Desa Tenganan juga merupakan salah satu desa Bali Aga, yang mengklaim sebagai penduduk Bali Asli.

Mekare-kare atau perang Pandan digelar saat Ngusaba kapat (Sasih Sambah) atau sekitar bulan Juni. Budaya dan tradisi unik tersebut digelar di halaman Bale Agung dilangsungkan selama 2 hari dan dimulai jam 2 sore.

Ritual atau prosesi tersebut bertujuan untuk menghormati Dewa Perang atau Dewa Indra yang merupakan dewa Tertinggi bagi umat Hindu di Tenganan. Desa ini menjadi salah satu destinasi wisata dan tujuan tour populer di pulau Bali.

3. Tradisi Omed-omedan

Tradisi Omed omedan di BaliBudaya dan tradisi unik ini digelar di tengah kota Denpasar, tepatnya di Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan. Digelar setahun sekali, bertepatan saat hari Ngembak Geni atau sehari setelah hari Raya Nyepi, tradisi unik dimulai sekitar pukul 14.00 selama 2 jam.

Prosesi ini hanya diikuti oleh kalangan muda-mudi atau yang belum menikah dengan umur minimal 13 tahun, omed-omedan berarti tarik menarik antar pemuda dan pemudi warga banjar dan terkadang dibarengi dengan adegan ciuman diantara keduanya.

Tradisi ini digelar sebagai wujud kegembiraan setelah pelaksanaan Hari Raya Nyepi, ini sebuah warisan budaya leluhur di pulau Bali, memiliki nilai sakral dan dipercaya akan mengalami hal buruk jika tradisi ini tidak dilangsungkan.

Tradisi ini menjadi salah satu atraksi wisata yang bisa dinikmati wisatawan saat liburan di pulau Dewata Bali pada hari Ngembak Geni, jika pada saat hari tersebut anda mengagendakan tour, maka usahakan sebelum sore hari suda tiba di hotel, karena jalan-jalan banyak yang ditutup dan dialihkan.

4. Tradisi Mekotek

Tradisi Mekotek di MungguProsesi atau ritual Mekotek ini hanya bisa anda temukan di desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung. Dikenal juga dengan Gerebeg Mekotek, tradisi unik di pulau Bali ini digelar setiap 6 bulan (210 hari) sekali, tepatnya saat perayaan Hari Raya Kuningan (10 hari setelah Galungan).

Prosesi ini digelar dengan tujuan tolak Bala untuk melindungi dari serangan penyakit dan juga memohon keselamatan.

Pada mulanya tradisi Mekotek, menggunakan tongkat besi, untuk menghindari agar peserta tidak ada yang terluka, maka digunakanlah kayu Pulet sepanjang 2-3.5 meter yang kulitnya sudah dikupas sehingga terlihat halus.

Tongkat-tongkat tersebut dipadukan menjadi satu formasi sebuah kerucut, suara “tek,tek” kayu berbenturan tersebut sehingga dikenal dengan Mekotek. Budaya dan tradisi unik di Badung Bali ini masih terjaga lestari sampai sekarang ini.

5. Gebug Ende Seraya

Gebug Ende SerayaAtraksi ini dikenal juga dengan perang rotan, yang mana dua orang laki-laki berhadap-hadapan dan saling serang dengan sebatang rotan sepanjang 1.5-2 meter kemudian tangan satunya memegang tameng untuk menangkis serangan lawan.

Diantara keduanya dibatasi dengan batang rotan (garis tengah) agar tidak masuk ke wilayah lawan. Perang rotan ini tidak hanya perlu ketangkasan saja tetapi juga keberanian, karena setiap peserta bisa saja kena pukulan rotan lawan.

Tradisi unik di desa Seraya, Karangasem – Bali Timur ini menjadi sebuah budaya yang diwariskan sampai sekarang, tujuan utama dari prosesi Gebug Ende ini adalah ritual tradisional untuk memohon hujan, dan ini dilakukan pada musim kemarau yaitu di bulan Oktober – Nopember setiap tahunnya.

Kondisi geografis dari desa Seraya yang berada di wilayah perbukitan memang rentan dengan masalah air, itulah sebabnya ritual memohon hujan ini dilangsungkan di desa ini. Seraya juga memiliki sejumlah destinasi wisata yang bisa dikunjungi saat tour di pulau Bali.

6. Tradisi Mesbes Bangke

Tradisi Mesbes Bangke di Tampak Siring GianyarSebuah budaya dan tradisi yang benar-benar ekstrim dan unik di pulau Bali. Tradisi ini berlangsung di Banjar Buruan, Tampak Siring, Gianyar. Tradisi ini memang  sangat unik, tradisi Mesbes Bangke atau mencabik-cabik mayat terlihat mengerikan dan menyeramkan.

Apalagi bagi mereka yang baru pertama kali ataupun mengenal tradisi tersebut. Yang mana jasad atau mayat seseorang yang akan dikremasi (ngaben), akan dicabik-cabik oleh warga banjar Buruan sebelum menuju tempat pembakaran mayat, mayat tersebut akan ditunggu oleh warga di luar pekarangan rumah.

Setelah mayat tersebut keluar dari pintu gerbang rumah, barulah warga mencabik-cabik mayat tersebut, karena bersemangat, bahkan ada sampai naik ke atas mayat yang sedang diusung.

Tradisi hanya ini berlaku untuk mereka yang ngaben sendiri (pribadi) tidak berlaku untuk ngaben massal. Budaya dan tradisi unik di Gianyar ini masih berlangsung sampai sekarang ini.

7. Tradisi Makepung

Tradisi MakepungMakepung sendiri berarti berkejar-kejaran, menggunakan sepasang hewan kerbau, dan di pulau Dewata Bali hanya bisa anda temukan di kabupaten Jembrana, sehingga dengan tradisi Makepung ini, kabupaten Jembrana dikenal juga dengan “Bumi Makepung”.

Adu kecepatan dengan kerbau dikendalikan oleh seorang joki atau sais, berlomba mengejar kerbau yang berpacu di depannya, pemenangnya ditentukan oleh kerbau yang mampu mempersempit atau memperlonggar jarak pacuan antara dua pasang kerbau yang berkejar-kejaran, tidak ditentukan siapa yang lebih dulu ke garis finish.

Ini menjadi tradisi tahunan yang diikuti oleh kelompok tani di Jembrana. Kerbau pacuan dipilih dan diperlakukan khusus bak seorang atlet, bahkan sebelum perlombaan dimulai pemilik tidak lupa melakukan ritual. Digelar setiap Minggu di antara bulan Juli sampai November setiap tahunnya.

Atraksi wisata ini bisa mengisi itinerary tour anda, saat anda liburan pada waktu yang tepat ke kawasan pariwisata Bali Barat di kabupaten Jembrana.

8. Tradisi Megibung di Karangasem

Tradisi megibung di Karangasem BaliTradisi makan bersama saat ada hajatan upacara adat menjadi budaya masyarakat Karangasem di Bali Timur, seperti saat ada acara pernikahan, otonan, 3 bulanan ataupun upacara adat lainnya, masih bertahan sampai sekarang ini di Kabupaten Karangasem.

Walaupun beberapa warga sekarang ini terkadang menyiapkan makan prasmanan (makan jalan) saat ada hajatan, tetapi tradisi megibung ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Bahkan pada waktu Bupati Karangasem I Wayan Geredeg pernah menggelar megibung massal di objek wisata Taman Ujung Karangasem dan memecahkan rekor Muri.

Megibung atau makan bersama oleh sekelompok orang yang terdiri dari 5-6 orang dinamakan “sele” duduk mengitari “gibungan” yaitu segepok nasi di atas dulang atau nampan.

Gibungan disajikan lengkap dengan sayur dan lauk pauk yang dinamakan “karangan” dan kemudian mereka makan bersama menikmati menikmati gibungan dan karangan.

9. Tradisi Mesuryak

Tradisi Mesuryak di BonganSebuah tradisi unik di pulau Bali yang merupakan warisan budaya leluhur ini hanya bisa ditemukan di desa Bongan, Kabupaten Tabanan.

Budaya dan Tradisi di Tabanan ini digelar bertujuan untuk penghormatan terhadap para leluhur dengan secara suka cita, bersorak beramai-ramai dengan memberikan perbekalan seperti beras dan uang.

Tradisi bersorak beramai-ramai ini kemudian dibarengi dengan melempar uang ke udara dan diperebutkan oleh warga dinamakan tradisi Mesuryak. Tradisi ini digelar setiap 6 bulan sekali yaitu pada Hari Raya Kuningan.

Rangkaian prosesi ini berkaitan dengan perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan, setelah leluhur hadir di tengah keluarga mulai dari hari Raya Galungan, kemudian pada saat Kuningan diantar kembali ke Nirwana dengan berbagai sesajen dan perbekalan.

10. Upacara Melasti

Upacara Melasti di BaliMelasti dilakukan setiap tahun sekali dalam rangkaian Hari Raya Nyepi di Bali, namun demikian upacara Melasti juga dilakukan pada hari-hari tertentu saat piodalan pada sebuah pura sesuai dengan hari yang ditentukan.

Melasti dikenal dengan mekiis atau melis menuju tempat-tempat sumber air seperti laut, danau ataupun mata air. Namun Melasti atau melis di pulau Bali secara serempak digelar setiap setahun sekali yaitu 3-4 hari sebelum hari raya Nyepi sekitar bulan Maret.

Saat Melasti semua pretima, senjata nawa sanga, umbul-umbul dan kober di arak ke sumber air seperti ke laut untuk disucikan dan menghanyutkan segala malaning bumi ataupun kotoran, dimaksudkan juga menghanyutkan segala penderitaan manusia melalui air kehidupan.

Kemudian dilanjutkan prosesi menyucikan diri dengan angamet (mengambil) tirta amertha, untuk mendapatkan sari-sari kehidupan. Budaya dan tradisi ini menjadi warisan budaya leluhur Bali yang terjaga dengan baik sampai saat ini.

11. Pawai Ogoh-ogoh

Pawai ogoh-ogoh di BaliTradisi mengarak ogoh-ogoh di Bali ini digelar tepat sehari sebelum hari Raya Nyepi, sekitar jam 6-6.30 sore ogoh-ogoh mulai diarak keliling desa ataupun kota, hampir sebagian besar warga Hindu di pulau Bali ini menggelar pawai ogoh-ogoh, ini mereka lakukan karena berhubungan dengan ritual keagamaan.

Ogoh-ogoh adalah sebuah boneka raksasa yang merupakan simbol dari Bhuta Kala, dibuat dengan wujud menyeramkan atau simbol sebuah kejahatan, yang paling dominan berwujud raksasa menyeramkan, binatang atau bahkan wujud seorang penjahat.

Prosesi pawai ogoh-ogoh tersebut masih dalam rangkaian pelaksanaan Hari Raya Nyepi, setelah sebelumnya diadakan Tawur Kesanga memberikan upah kepada Bhuta Kala, kemudian petang harinya diusir dan diarak keliling dalam bentuk pawai.

Ini dilakukan agar tidak mengganggu kehidupan manusia lagi, terutama esok harinya saat melaksanakan hari raya Nyepi. Jika anda ada acara tour pada saat tersebut, diusahakan jangan sampai sore, karena jalan banyak yang tutup.

12. Hari Raya Nyepi

Suasana Nyepi di BaliSiapa pula yang tidak kenal dengan perayaan Hari Raya Nyepi di pulau Bali, hari raya ini digelar sekali dalam setahun sebagai penyambutan tahun baru Isaka yang jatuhnya pada bulan mati (Tilem) sasih Kesanga.

Sebuah penyambutan tahun baru yang berbeda, yaitu dengan kesunyian, ketenangan, lengang dan sepi, itulah sebabnya semua warga pada saat hari raya Nyepi tersebut tidak boleh bepergian, menghidupkan api, membuat kegaduhan ataupun bersenang-senang.

Termasuk fasilitas umum juga tutup kecuali rumah sakit. Tujuan dari perayaan ini untuk bisa introspeksi diri atau mulat sarira dan merenung dalam suasana hening bisa berkonsentrasi lebih maksimal, seharian tinggal di rumah dan bersembahyang melakukan brata dan meditasi.

Agar nantinya bisa memulai kehidupan yang lebih baik pada bulan berikutnya pada sasih Kedasa, semua kedas, bersih dan suci untuk memulai lagi kehidupan baru. Budaya dan tradisi ini menjadi salah satu hal unik bagi mereka yang liburan ke Bali.

13. Upacara Ngaben di Bali

Upacara Ngaben di BaliMayoritas warga Hindu di pulau Bali melakukan upacara Ngaben saat orang meninggal, walaupun ada beberapa tidak melaksanakan upacara Ngaben seperti pada penduduk Bali Aga contohnya desa Tenganan dan Trunyan.

Saat  upacara Ngaben, jasad atau tubuh orang meninggal bisa dikubur terlebih dahulu ataupun dikremasi langsung. Upacara Ngaben digelar adalah wujud bakti manusia dan kewajiban suci kepada leluhurnya atau orang yang telah meninggal.

Tujuan upacara Ngaben mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta dari tubuh kasar manusia ke asalnya dan badan halus (atma) yang telah meninggalkan lebih cepat mendapat penyucian dan kembali kesisi-Nya.

Tata cara pelaksanaan Ngaben pun tidak selalu sama sesuai dengan situasi, kondisi dan tempat Ngaben tersebut berlangsung, namun yang terpenting esensi atau tujuannya sama.

Karena Hindu tidak di Bali saja tetapi menyebar di kepulauan Indonesia memiliki budaya dan tata cara berbeda. Budaya dan tradisi unik ini menjadi salah satu atraksi wisata bagi wisatawan yang sedang liburan di Bali.

14. Sapi Gerumbungan di Buleleng

Sapi Gerumbungan di BulelengBudaya dan Tradisi unik di kawasan Bali Utara ini memperlombakan sepasang sapi yang pada lehernya dipasangi sebuah genta besar yang dinamakan “Gerumbungan” kemudian sapi dihiasi berbagai aksesoris agar terlihat gagah dan indah.

Pada kedua leher kedua sapi itu saling dikaitkan dengan sebatang kayu melintang bernama “uga” kemudian di tengahnya sebuah kayu melintang sepanjang 3 meter untuk seorang sais atau joki mengendalikan sapi tersebut.

Yang dipilih adalah sapi jantan saja itupun yang berbadan kekar. Kriteria pemilihan pemenang dan penilaian bukan berdasarkan ada kecepatan, penilaian berdasarkan keserasian gerak seperti gerak kaki yang seragam, ekor sapi yang melengkung ke atas dan kepala sapi yang mendongak ke atas.

Sebagai budaya warisan leluhur agar tetap lestari, maka sapi Gerumbungan digelar setiap HUT kab. Buleleng di Bulan Agustus. Atraksi wisata di pulau Bali bisa menjadi hiburan wisata menarik.

15. Tradisi Ngerebong

Tradisi Upacara Ngerebong di KesimanKata Ngerebong berasal dari kata “ngereh” dan “baung” sehingga menjadi ngerebong, penggabungan dua kata tersebut berarti juga akasa pertiwi atau atas bawah, ada juga yang mengartikan Ngerebong tersebut berkumpul, diyakini saat tersebutlah Dewa sedang berkumpul dan melakukan ritual yang tepat.

Pada saat prosesi Ngerebong warga desa Kesiman, Denpasar berkumpul di Pura Pengrebongan, Desa Kesiman Denpasar, mengarak Barong dan Rangda sebagai simbol atau petapakan Ida Bhatara mengelilingi wantilan sebanyak tiga kali diiringi juga oleh gamelan baleganjur.

Saat berkeliling tersebut banyak warga yang kerauhan atau trans, warga tersebut ada yang mengeram, berteriak, menari dan ada juga menangis, mereka juga melakukan adegan berbahaya meminta keris untuk ditancapkan di tubuh, leher ataupun kepala, tetapi anehnya tidak satupun yang terluka, mereka yang kerauhan tersebut semuanya kebal tidak terlukai.

Tradisi unik di pulau Bali ini digelar 6 bulan sekali yaitu pada hari Minggu, Pon wuku Medangsia atau 8 hari setelah Hari Raya Kuningan. Budaya dan tradisi warisan leluhur ini memang sangat unik, bisa menjadi atraksi wisata yang diminati bagi mereka yang sedang liburan di Bali.

16. Tradisi Ngusaba Bukakak di Sangsit

Tradisi Ngusaba Bukakak di SangsitSebuah budaya dan tradisi unik di pulau Bali yang hanya digelar di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kab. Buleleng  di Bali Utara, yaitu bertepatan pada hari Purnama sasih Kedasa, sekitar 2 minggu setelah hari Raya Nyepi di bulan April.

Karena pertimbangan biaya tradisi ngusaba Bukakak digelar dua tahun sekali. Prosesi ini digelar untuk mengucapkan rasa terima kasih umat kepada dewi Kesuburan atas segala hasil pertanian yang melimpah dan kesuburan tanah.

Desa Sangsit memang memiliki wilayah pertanian yang cukup luas dan juga tanahnya yang gembur dan subur. Bukakak berasal dari kata “Bu” atau Lembu yang melambangkan dewa Siwa dan “Kakak” atau gagak perlambang dewa Wisnu.

Bukakak juga berkaitan dengan babi guling yang hanya dimatangkan bagian dadanya saja. Ngusaba ini diawali dengan upacara Melasti, kemudian membuat 3 buah dangsil pada acara puncak mengusung bukakak mengelilingi areal persawahan.

17. Perang ketupat di Kapal

Perang Ketupat di Kapal BaliDi pulau Bali tradisi Perang Ketupat hanya bisa anda temukan di desa Kapal, Kec. Mengwi, Kab. Badung. Budaya dan Tradisi unik di Bali ini digelar dalam rangkaian upacara Aci Rah Pengangon setiap satu tahun sekali yaitu pada hari Purnama (bulan penuh) sasih Kapat atau sekitar bulan September – Oktober.

Namanya juga perang ketupat, warga menggunakan ketupat untuk berperang, mereka terbagi menjadi dua kelompok kemudian saling lempar dan saling serang antar kelompok.

Perang Ketupat ini hanya melibatkan kaum laki-laki saja mereka menggunakan pakaian adat Bali, tapi tanpa baju, begitu ada aba-aba untuk mulai perang, mereka juga mulai saling serang dan lempar di areal pura, kemudian merembet ke luar pura sampai di jalan raya agar lebih leluasa.

Tidak ada aturan tertentu, mereka bebas menyerang kubu lawan. Namun akhirnya damai tanpa permusuhan. Sebuah budaya dan tradisi yang juga erat dengan pesan sosial.

18. Tradisi Ngerebeg di Tegalalang

Tradisi Ngerebeg di Tegalalang, Gianyar.jpgTidak hanya terkenal dengan keindahan objek wisata sawah berundak atau terasering yang menjadi destinasi wisata dan tujuan tour wajib di pulau Bali, Tegalalang di Kabupaten Gianyar juga memiliki budaya dan tradisi unik bernama Ngerebeg.

Tradisi ini melibatkan anak laki-laki saja, bahkan mulai yang balita sampai dengan dewasa yang tergabung dalam sekehe Truna (organisasi pemuda) di desa tersebut. Yang menarik adalah setiap peserta dirias dengan wajah seram dan menakutkan dengan warna-warna yang dipilih sendiri oleh peserta.

Adapun riasan seram tersebut untuk mewakili wujud wong samar (makhluk halus) yang sering mengganggu anak-anak. Digelarnya budaya dan tradisi Ngerebeg ini bertujuan untuk memberikan tempat bagi wong samar tersebut.

Dan sekaligus memberikan persembahan, agar bisa hidup berdampingan dengan manusia dan tidak saling mengganggu. Tradisi inipun digelar secara rutin oleh 7 banjar di desa Pekraman Tegalalang, dalam rangkaian pujawali yang digelar pada Pura Duur Bingin.

19. Tradisi Mebuug-buugan di Kedonganan

Tradisi Mebuug-buugan KedongananSebuah tradisi unik di pulau Bali yang digelar setiap setahun sekali tepatnya setiap hari Ngembak Geni (sehari setelah perayaan Nyepi), tradisi ini sebenarnya adalah warisan budaya leluhur, tetapi sempat lama vakum.

Namun beberapa tahun terakhir tradisi Mebuug-buugan kembali digelar, lokasinya sendiri adalah di kawasan rawa-rawa hutan Mangrove desa Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung Bali.

Pada saat tradisi ini berlangsung, peserta akan melumuri tubuh mereka dengan lumpur, apalagi memang tempatnya di daerah rawa-rawa berlumpur di desa tersebut, setelah semuanya puas mandi lumpur, mereka pergi ke pantai Kedonganan untuk membersihkan diri.

Tujuan tradisi ini digelar memiliki makna simbolik sebagai bentuk membersihkan diri atau badan dari pengaruh negatif yang nantinya setelah dilumuri lumpur akan dibersihkan lagi di pantai.

20. Tradisi Nyakan Diwang

Tradisi Nyakan Diwang di BulelengTradisi ini digelar di desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Nyakan Diwang berarti masak di luar rumah, sehingga saat tradisi ini berlangsung maka warga desa Banjar akan masak di luar rumah mereka atau di pinggir jalan.

Sebuah tradisi unik yang sudah digelar turun temurun dan masih bertahan sampai sekarang. Tradisi Nyakan Diwang di Buleleng ini digelar Dini hari saat perayaan Hari Raya Nyepi, biasanya Nyepi baru buka pukul 06.00 wita, tetapi di desa Banjar buka lebih awal pada pukul 03.00 wita dini hari.

Sehingga jalan raya di kawasan ini masih lengang tidak ada lalu lalang kendaraan yang melintas, dan saat itulah warga mulai keluar rumah dan memasak dengan alat tradisional.

Tujuan digelar tradisi ini untuk menyucikan lingkungan rumah dan dapur serta tradisi ini merupakan wujud dari peningkatan budaya menyama braya atau menjalin hubungan persaudaraan antar sesama, dan juga sebagai ungkapan syukur setelah catur Brata Penyepian.

21. Tradisi Megoak-goakan di Buleleng 

Tradisi Megoak-goakan di desa Panji BulelengSejarah awal berdirinya Buleleng tentu tidak lepas dengan Ki Barak Panji Sakti yang pernah memerintah Kerajaan Buleleng, tradisi unik megoak-goakan ini sendiri masih berlangsung dan bertahan sampai saat ini di desa Panji Buleleng.

Tradisi ini digelar untuk menghormati jasa-jasa dari raja Ki Barak Panji yang terkenal sebagai pemimpin yang terkenal baik hati dan memiliki jiwa kepemimpinan tinggi.

Permainan tradisional tersebut muncul, karena raja terinspirasi oleh seekor goak (gagak) yang sedang mengincar mangsanya, dan gagak tersebut membuat taktik agar bisa menangkap mangsanya.

Hal tersebutlah membuat raja mempraktekkan cara gagak tersebut dengan mengajak prajuritnya melakukan sebuah permainan tradisional yang dinamakan megoak-goakan. Tradisi unik di pulau Bali ini bisa menjadi atraksi wisata dan tujuan tour di kawasan Bali Utara.

22. Tradisi Siat Sampian di Bedulu

Tradisi Siat Sampian di BeduluBudaya serta tradisi unik ini digelar di Pura Samuan Tiga Bedulu, yang mana pura tersebut sebagai tonggak sejarah dan tempat pertemuan untuk menyatukan sekte yang ada di pulau Bali, sehingga muncullah istilah Pura Kahyangan tiga di setiap desa Pekraman.

Siat berarti perang sedangkan sampian berarti rangkaian janur sebagai sarana persembahyangan, sehingga tradisi dalam tradisi ini perang ini menggunakan sarana sampian baik dilakukan oleh warga laki-laki maupun perempuan, melalui proses pawintenan.

Siat Sampian ini digelar dalam rangkaian pujawali di Pura Samuan Tiga, yang mana dilakukan oleh pengayah (peserta) laki-laki yang disebut sebagai Jro Parekan dan pengayah perempuan disebut Jro Permas.

Prosesi ini digelar selain bertujuan penghormatan bersatunya sekte di pulau Bali juga sampian yang digunakan sebagai simbol dari senjata cakra Dewa Wisnu, yang berarti untuk perlawanan dharma (kebajikan) atas adharma (kejahatan), budaya lokal ini masih bisa anda temukan sampai saat ini.

23. Tradisi Mepantigan

Tradisi Mepantigan Batubulan di BaliTradisi ini adalah sebuah aksi bela diri tradisional, Mepantigan berarti membanting, yang mana dalam tradisi ini diperlukan kelihaian untuk bisa membanting lawan.

Permainan bela diri tradisional ini bisa dilakukan dimana saja, yang penting arealnya berlumpur, sehingga lawan yang dibanting tidak berbahaya, tetapi akan penuh balutan lumpur. Peserta bertanding satu lawan satu dengan cara membanting lawan, kemudian bergulat dan mengunci lawan.

Tidak hanya sekedar keberanian, memang diperlukan teknik agar bisa membanting lawan di lumpur, sehingga terlihat layaknya gulat lumpur, mereka bergumul dan saling banting di lumpur.

Tradisi atau permainan tradisional Mepantigan ini pernah trend dan dijadikan atraksi budaya yang sering digelar, salah satunya di sebuah hotel di Ubud, namun sekarang atraksi tersebut tidak ada lagi.

Namun demikian sekarang Mepantigan masih bisa anda temukan di Pondok Mepantigan Bali, lokasinya di Banjar Tubuh, Batubulan, Gianyar.

24. Tradisi Mepeed di Sukawati

Tradisi Mepeed di Sukawati BaliDesa Sukawati tidak hanya terkenal sebagai destinasi wisata belanja dengan pasar seni yang menyediakan keperluan oleh-oleh wisatawan yang liburan ke pulau Bali, tetapi Sukawati juga memiliki tradisi Mepeed yang merupakan sebuah budaya dan kearifan lokal yang masih dipertahankan sampai saat ini dan menjadi atraksi yang menarik juga untuk disaksikan.

Mepeed adalah berbaris beriringan sampai ratusan meter dengan pakaian khas adat Bali, biasanya mereka adalah kaum ibu yang mengusung banten gebogan yaitu rangkaian buah, jajanan, janur sebagai sarana upacara keagamaan yang disusun bertingkat.

Tetapi Mepeed di Sukawati diikuti oleh semua kalangan, laki-laki ataupun perempuan dari anak-anak sampai lansia, dengan pakaian adat Payas Agung dengan pakem Sukawati, Mepeed ini sebuah warisan budaya yang masih dipertahankan sampai sekarang. Tradisi ini adalah atraksi wisata yang ada di pulau Bali dan menjadi hiburan menarik bagi wisatawan.

25. Tradisi Mbed-mbedan

Tradisi Mbed-mbedanTradisi unik di pulau Bali ini digelar setiap tahun sekali, tepatnya saat Hari Raya Ngembak Geni (sehari setelah Nyepi) di desa adat Semate, Kelurahan Abian Base, Kecamatan, Mengwi, Kabupaten Badung.

Pernah vakum beberapa tahun, tapi karena dirasa penting maka tradisi Mbed-mbedan ini dibangkitkan lagi, tujuan dari tradisi ini digelar adalah untuk menghormati jasa seorang suci yang berjasa di desa Semate ini.

Beliau adalah Rsi Mpu Bantas, yang mana dalam perjalanan sucinya bertemu sebuah hutan yang dipenuhi pohon kayu putih, dan secara tidak sengaja bertemu keturunan Mpu Gni Jaya dan memerintahkan untuk membuat pelinggih di hutan tersebut karena angker.

Setelah pelinggih tersebut selesai terjadi tarik ulur penamaan pura tersebut, dari sinilah (tarik-ulur) cikal bakal Mbed-mbedan tersebut.

26. Tradisi Dewa Mesraman di Klungkung

Dewa Mesraman di Paksebali KlungkungTradisi unik di pulau Bali ini awalnya memang berasal dari desa Panti Timrah Karangasem, karena sejumlah penduduknya menetap di Paksebali, Klungkung mereka masih membawa budaya dan tradisi daerah asalnya.

Tradisi Dewa Mesraman tersebutpun wajib digelar setiap Saniscara Kliwon wuku Kuningan atau bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, tradisi unik tersebut juga merupakan rangkaian ritual di dari Pujawali atau piodalan di Pura Panti Timbrah.

Pura tersebut terletak di Banjar Timbrah, desa adat Paksebali, Kec. Dawan, Klungkung. Dewa Mesraman, dari filosofi kata Mesraman berasal dari “mesra” yang berarti bersenang-senang secara lahir batin.

Dalam tradisi tersebut Jempana yang merupakan stana dari Ida Bhatara diusung dan diarak, saling berkejaran dan tabrak, seolah terjadi perang jempana, luapan kegembiraan terlihat diantara pengayah. Sebuah tradisi dan warisan budaya leluhur yang terjaga lestari sampai saat ini.

27. Nikah Massal di Pengotan

Tradisi Nikah Massal di PengotanTradisi ini memang cukup unik, walaupun dalam tradisi ini hanya ritual atau upacaranya saja yang dilakukan bersamaan atau berbarengan, tentu hal tersebut menjadi salah satu budaya ataupun tradisi yang berbeda dibandingkan upacara pernikahan di pulau Bali.

Hal yang berbeda dan ini akan menjadi pemandangan unik bagi mereka yang menyaksikannya. Budaya dan tradisi Nganten (Nikah) Massal ini bisa ditemukan di desa Pengotan – Bangli, desa ini juga merupakan salah satu Desa Bali Aga (desa Bali Kuno) yang tentunya memiliki warisan budaya yang unik.

Seperti Tradisi Nikah Massal yang digelar dua kali dalam setahun yaitu setiap sasih Kapat (Agustus – September) dan Kedasa (Maret – April). Upacara tersebut tidak hanya berlaku bagi laki-laki saja tetapi juga bagi kaum perempuan yang menikah ke luar desa Pengotan.

Pernikahan tradisional Bali di desa Pengotan, menjadi sebuah budaya dan tradisi unik yang hanya bisa anda temukan di Bangli.

28. Tradisi Perang Air di Gianyar

Tradisi Perang Air atau Siat Yeh di GianyarTradisi ini dikenal juga dengan nama Siat Yeh, digelar setiap setahun sekali tepatnya saat tahun baru Masehi dimulai yaitu tanggal 1 Januari di desa Suwat Gianyar.

Ini merupakan sebuah budaya dan tradisi unik dan berbeda terutama lagi saat hari perayaannya, sangat jarang sekali ritual di pulau Bali menggunakan kalender Masehi sebagai patokannya.

Tujuan dari digelarnya Tradisi Perang Air di Gianyar ini adalah sebagai bentuk pembersihan diri dari hal-hal negatif yang sudah terjadi pada tahun sebelumnya agar di tahun yang baru ini diharapkan tidak menimpa warga kembali.

Menurut warga Suwat di awal tahun yang baru wajib bagi mereka untuk melakukan pembersihan pada alam sekitar dan diri sendiri agar pengaruh negatif yang ada di lingkungan sekitar ataupun di dalam diri kita sendiri dapat segera dimusnahkan.

29. Tradisi Ngedeblag Kemenuh

Riasan wajah peserta Tradisi NgedeblagTradisi unik di pulau Bali berikutnya adalah Ngedeblag di Kemenuh Gianyar, dari namanya terasa cukup asing bagi warga luar desa Kemenuh, Gianyar.

Ngedeblag adalah prosesi rutin yang digelar setiap 6 bulan sekali (kalender Bali) tepatnya pada hari Kajeng Kliwon, pada saat peralihan sasih Kelima (bulan 5) ke sasih Kanem (bulan 6) dalam kalender Bali atau sekitar bulan September – Desember kalender masehi.

Para pengayah (peserta) laki-laki arus menggunakan kamben (kain) yang dilapisi dengan saput tanpa menggunakan baju, mereka juga dibuat menjadi seseram mungkin, dengan cat air warna warni, dan satu oles pamor yang pada kening.

Tujuan digelarnya tradisi Ngedeblag untuk membersihkan bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit (diri manusia) agar desa Kemenuh terhindar dari segala bencana.

30. Tradisi Megebeg-gebegan

Caru godel dalam tradisi Megebeg-gebeganTradisi unik ini berhubungan dengan ritual keagamaan Hindu yang digelar sekali dalam setahun di catus pata agung (perempatan) Desa Pekraman Dharma Jati, Tukad Mungga, Buleleng.

Yang mana pada saat tradisi tersebut digelar para Sekee Teruna (pemuda desa) akan memperebutkan kepala godel (kepala anak sapi) yang merupakan sarana utama saat menggelar upacara persembahan (sesajian) saat ritual mecaru yang bertepatan saat hari Pengerupukan (sehari sebelum Hari Raya Nyepi).

Anak sapi tersebut dikuliti menyisakan kulit kali dan kepala godel sebagai sarana upacara yang dikenal sebagai “bayang-bayang” dan sebagai simbolis bhuta kala yang akan diperebutkan oleh pemuda desa. Pulau Bali memang memiliki banyak budaya dan tradisi unik, bahkan tidak semua orang tahu.

31. Tradisi Siat Yeh Jimbaran

Tradisi Siat Yeh di JimbaranSebuah budaya dan tradisi unik di desa Jimbaran ini menjadi kegiatan ritual rutin yang digelar setiap sekali dalam setahun, yaitu pada hari raya Ngembak Geni (sehari setelah Nyepi), pesertanya pemuda-pemudi banjar Teba.

Tradisi Siat Yeh (perang air) ini dikatakan juga sebagai penglukatan Agung, di awali dengan mendak tirta (air suci) di dua tempat sumber air berbeda yaitu di sebelah Timur (pantai Suwung/rawah) dan pesisir Sebelah Barat (pantai Segara).

Dua sumber mata air tersebut nantinya akan dijadikan komponen utama dalam Tradisi Siat Yeh ini. Maraknya pembangunan pariwisata kedua sumber air tersebut yang dulunya bersatu, kini tidak lagi, sehingga sekarang dilakukan secara simbolis dalam bentuk ritual.

Demikian macam-macam warisan budaya leluhur berupa tradisi unik yang merupakan warisan Bali kuno dari jaman tempo dulu dan kebiasaan atau hal-hal tradisional yang masih terjaga dan berkembang lestari di pulau Bali saat ini, dan menjadi aset dari budaya bumi Nusantara – Indonesia.

baca juga; budaya dan tradisi unik di Lombok >>>>

Selain itu masih ada sejumlah tradisi unik lainnya yang akan terus update informasinya. Beberapa diantaranya menjadi suguhan dan atraksi unik bagi wisatawan, sehingga tradisi yang masih mengusung kebiasaan-kebiasaan masa lalu ini, menambah daya tarik pulau Bali ini sebagai tujuan wisata.

Selain paket tour murah dan sewa mobil di pulau Bali, kami sediakan berbagai atraksi wisata mulai dari snorkeling di Amed, rekreasi rafting di Ayung Ubud, wisata bahari watersport Tanjung Benoa, seharian cruise, dan layanan tiket fast boat ke Gili Trawangan Lombok dengan harga lebih murah

1 komentar untuk “Budaya dan Tradisi Unik di Bali”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top