Bali tempo dulu dan mengenang sejarah masa lalu pulau Bali ini tentunya terdapat banyak hal yang perlu anda ketahui. sejumlah budaya dan tradisi unik yang menjadi warisan budaya dari jaman dahulu dan bahkan kini masih terjaga keberadanya. Namun ada beberapa dari budaya dan tradisi Bali Kuno tersebut tidak relevan lagi dengan jaman sekarang sehingga perlahan-lahan hilang dan secara resmi dihapus, salah satunya adalah tradisi unik bagi kaum wanita atau perempuan tempo dulu yang bertelanjang dada. Wanita Bali tempo dulu, berada pada jaman dahulu dengan keyakinan budaya dan tradisi yang kental, dimana seorang wanita hanya mengenakan pakaian dari batas pinggang ke bawah, sedangkan bagian dada dibiarkan terbuka.
Pada jaman sekarang, mengetahui fakta bahwa wanita atau perempuan Bali kuno tempo dulu telanjang dada akan terdengar aneh dan unik. Tentu yang terjadi pada jaman terdahulu tersebut berkaitan dengan tradisi, situasi dan cara pandang warga Bali pada saat masa tersebut berlangsung. Sejarah masa lalu wanita Bali kuno ini memang layak untuk anda ketahui, apalagi anda orang diluar Bali atau bahkan wisatawan yang ingin mengetahui tentang informasi Bali kuno tempo dulu, sehingga bisa meluruskan pandangan anda yang mungkin keliru menilai perempuan-perempuan Bali pada jaman tersebut.
baca juga; sejarah tentang Bali >>>>
Kemajuan teknologi informasi saat ini, membuat setiap orang bisa dengan mudah untuk mengakses dan menemukan informasi tentang Bali tempo dulu, baik itu berupa artikel informasi, berupa gambar foto ataupun film-film dokumenter yang banyak tersebar luas, termasuk juga berbagai lukisan yang menggambarkan kebiasaan wanita Bali tempo dulu dari jaman masa lalu Bali kuno tersebut yang sengaja bertelanjang dada. Lalu pertanyannya kenapa wanita Bali tempo dulu tersebut bertelanjang dada? dan bahkan menjadi sebuah tradisi budaya pada jaman tersebut, ini tentu sebuah pertanyaan menarik yang perlu mendapatkan jawaban.
Kesengajaan bertelanjang dada dan tanpa memakai bra pada wanita atau perempuan Bali kuno tempo dulu adalah memiliki arti khusus secara kultural, karena pada jaman dulu kebiasaan tersebut adalah sebuah ekspresi kejujuran. Karena dengan telanjang dada para wanita Bali tempo dulu ini bisa membuktikan sebuah kejujuran, bahwa buah terlarang yang dimilikinya memang benar-benar barang terlarang dan mahal, tidak bisa disentuh, selalu bisa dijaga, sehingga selalu bugar dan tidak pernah layu, dengan demikian para perempuan pada jaman Bali kuno tersebut akan mudah mendapat kepercayaan dari orang lain, termasuk juga kaum laku-laki yang akan menjadi pasangan hidupnya.
baca juga: 10 fakta tentang Bali yang jarang diketahui orang >>>>
Melalui kejujuran tersebut, bisa mempertahankan barang mahal yang dimilikinya selalu terjaga dengan baik dan tidak membiarkanya diganggu oleh orang lain, maka para wanita Bali tempo dulu ini bisa bangga, sehingga perempuan Bali pada jaman kuno tempo dulu tersebut dianggap hebat. Jadi mereka yang kurang paham akan budaya Bali kuno pada jaman dan masa tempo dulu ini, bisa mengerti dan dengan situasi dan cara pandang berbeda pada jaman tersebut, bahwa ada makna positif bisa diambil dari wanita-wanita hebat Bali pada masa lalu dengan konsisten dan bangga menjaga kesuciannya. Sebuah proses pembelajaran diri yang bisa kita ambil hikmahnya.
Bali tempo dulu, saat kolonial Belanda di pulau Bali, keberadaan wanita atau perempuan Bali pada jaman tersebut menjadi perhatian yang menarik bagi warga asing, jika dokumen-dokumen tersebut ditelusuri baik itu photo dan film-film dokumenter banyak didokumentasikan oleh orang Belanda yang kebetulan datang ke pulau Bali. Banyak aktivitas wanita Bali kuno, kegiatan sehari-hari pada jaman dulu tersebut didokumentasikan seperti ketika para wanita berjualan di pasar, menjalankan upacara keagamaan serta berbagai aktivitas lainnya di muka umum. Semua berlangsung begitu saja, dan tidak menjadi perhatian khusus bagi kaum laki-laki.
Bali tempo dulu juga dilukiskan oleh seniman asing keturunan Spanyol yakni Don Antonio Blanco, seniman tersebut cukup lama tinggal di Ubud Bali, sebagian besar hasil karya seninya berupa lukisan yang bertemakan wanita telanjang dada dengan estetisme yang tinggi sehingga menghilangkan kesan pornografi pada hasil karya seni tersebut. Begitu juga dengan Andrien Jean Le Mayeur De Merpres, seorang seniman legendaris berdarah Belgia, kerap menjadikan istrinya Ni Pollok seorang seniman tari Legong berparas cantik, sebagai model untuk lukisannya, sebagai model wanita Bali yang telanjang dada.
baca juga: budaya dan tradisi unik di Bali >>>>
Seiring berjalannya waktu, dengan situasi dan jaman yang berbeda, kebiasaan atau tradisi Bali tempo dulu ini semakin terkikis dan perlahan-lahan hilang. Banyak wanita Bali yang juga sekolah ke luar pulau, ketika pulang memberikan penyadaran tentang tata cara berpakaian, apalagi pulau Bali sebagai destinasi wisata, terutama bagi wisatawan domestik dengan adat ketimuran, merasa kurang nyaman menyaksikan penampilan wanita yang bertelanjang dada, maka kebiasaan dan tradisi tempo dulu inipun dihapus dan sekarang tidak ada lagi di pulau Bali. Budaya Bali kuno tersebut menjadi kenangan tempo dulu yang dokumentasinya bisa ditemukan dengan mudah pada jaman sekarang ini.
Leave a Reply