Bagi pemeluk umat Hindu, mereka memiliki sejumlah hari suci keagamaan, hari suci keagamaan tersebut ada yang digelar sesuai dengan kalender Isaka dan juga kalender Bali, beberapa hari raya Hindu yang berpatokan dengan penanggalan atau kalender Bali adalah Hari Raya Galungan, Kuningan, Saraswati dan Pagerwesi.
baca juga; hari Raya Kuningan >>>>
Perayaan hari Raya Galungan, juga dibarengi dengan upacara keagamaan lainnya, seperti sebelum puncak hari raya, dilakukan juga rentetan upacara keagamaan lainnya, mulai dari hari tumpek Wariga (Pengatang), Sugihan Jawa, Sugihan Bali, Penyekeban, Penyajaan, Penampahan baru kemudian Hari Raya Galungan dan sehari setelahnya dinamakan hari Manis Galungan.
Dalam rangkaian puncak hari raya Hindu tersebut, atau dalam pelaksanaan hari Raya Galungan tersebut, suasana kemeriahan akan terlihat tentunya saat dalam perayaan puncak, hampir semua umat Hindu mulai dari pagi hari menuju pura untuk melakukan kegiatan keagamaan persembahyangan, menggunakan pakaian adat Bali ke pura.
Di sepanjang jalan terlihat penjor-penjor menghiasi, terlihat cantik dan indah. Jika anda kebetulan liburan ke Bali dan pecinta wisata alam dan budaya, anda akan bisa lebih mengenal budaya Bali dari dekat saat perayaan Hari Raya Galungan ini. Sehari setelahnya (Manis Galungan), warga berkunjung ke sanak saudara dan juga berkunjung ke tempat-tempat wisata yang ada di pulau Dewata Bali.
Makna dan rangkaian Hari Raya Galungan
Berdasarkan kalender Bali, hari Raya Galungan dirayakan setiap 6 bulan sekali (210 hari) bertepatan pada hari Budha (Rabu), Kliwon, wuku Dungulan, pada saat perayaan ini diperingati sebagai hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan), pada saat inilah umat diharapkan bisa menyatukan kekuatan rohani agar mendapatkan pikiran terang sehingga muncul dharma dan kebaikan dalam diri manusia. Pada saat ini juga umat Hindu menghaturkan puji syukur atas karunia Ida Hyang Widhi telah menciptakan alam semesta beserta segala isinya
baca; sejarah Hari Raya Galungan >>>>
Dimulai dari persembahyangan di rumah masing-masing, kemudian ke pura keluarga lebih besar seperti pemerajan Agung, Dadia, pura Ibu, Panti, pura Banjar dan ke kahyangan Tiga atau pelinggih-pelinggih di tempat usaha. Walaupun pada intinya tata cara pelaksanaan sama di Bali, namun demikian tetap tidak lepas dan memperhitungkan juga dari Desa (tempat), Kala (waktu), Patra (situasi dan kondisi) di mana kita berada.
Seperti yang telah diketahui, sebelum puncak perayaan, ada sejumlah rangkaian kegiatan upacara keagamaan, dimulai dari hari Tumpek Pengatag (Tumpek Wariga) yang dilaksanakan 25 hari sebelum perayaan hari Galungan tepatnya di hari Saniscara (Sabtu), Kliwon wuku Wariga, pada hari ini melakukan persembahan kepada Sang Hyang Sangkara yang merupakan manifestasi Tuhan sebagai dewa Kemakmuran dan Keselamatan untuk tumbuh-tumbuhan. Perayaan ini merupakan wujud cinta kasih manusia terhadap tumbuhan. Ciri khas hari raya Tumpek Pengatag ini, menghaturkan persembahan berupa bubur (bubuh) dengan aneka warna seperti bubur warna putih, kuning, merah dan hijau.
baca juga: fungsi penjor Hari raya Galungan >>>>
Rangkaian upacara berikutnya dinamakan Sugihan Jawa dilaksanakan 6 hari sebelum hari raya Galungan. Berasal dari kata sugi yang berarti menyucikan sedangkan Jawa atau jaba berarti di luar, di sini diartikan menyucikan atau melakukan pembersihan segala sesuatu yang berada dalam diri manusia (bhuana agung), seperti membersihkan merajan (tempat-tempat suci) dan juga rumah sebagai bagian dari Bhuana Agung. Kemudian 5 hari sebelum Galungan digelar upacara Sugihan Bali yang memiliki makna membersihkan diri manusia baik jiwa dan raga, agar pada perayaan hari raya Galungan nantinya semua bersih skala dan niskala, sehingga bisa berjalan dengan baik.
Tiga hari sebelum hari Raya Galungan yaitu pada hari Minggu, Pahing wuku Dungulan, dikenal sebagai hari Penyekeban secara filosofis pada hari tersebut manusia agar bisa nyekeb (mengekang) indria (nafsu), mengekang dan menahan diri dengan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama, biasanya umat Hindu juga mulai nyekeb buah pisang untuk perlengkapan upacara yadnya. Kemudian 2 hari sebelum hari Raya Galungan ada upacara Penyajaan, berasal dari kata saja yang berarti benar atau betul, jadi umat harus benar-benar memantapkan diri dalam pelaksanaan upacara yadnya, karena umat akan dimulai digoda oleh Sang Bhuta Dungulan dan harus bisa memantapkan diri untuk maju beberapa langkah menuju Galungan.
baca juga: hari raya besar Agama Hindu >>>>
Tepat sehari sebelum hari Raya Galungan dikenal dengan Penampahan Galungan, pada saat inilah umat menyembelih babi sebagai simbolis membunuh nafsu binatang yang berada dalam diri manusia, daging babi tersebut juga digunakan sebagai perlengkapan upacara keagamaan. Warga juga disibukkan membuat penjor, terbuat dari batang bambu melengkung dihiasi oleh berbagai bahan dari hasil pertanian, seperti daun-daunan (plawa), biji-bijian (palawija), umbi-umbian dan palagantung seperti kelapa, padi dan pisang. Penjor sebagi simbol kesejahteraan dan kemakmuran, dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat tampil indah dan cantik, sehingga pelaksanaan hari Raya Galungan ini terkesan paling berbeda dan paling semarak.
Dan akhirnya sampailah acara puncak di hari Raya Galungan, setelah semua perlengkapan upacara siap, bhuana alit dan bhuana agung bersih, mulai pada pagi hari umat berbondong-bondong melakukan kegiatan persembahyangan. Keesokan harinya dikenal sebagai hari Manis Galungan saling mengunjungi ke sanak saudara, kemudian pada hari Sabtu Hari Pemaridan Guru. Lima hari setelah hari raya Galungan dikenal dengan Pamacekan Agung dan sepuluh harinya adalah hari Raya Kuningan, dan hari terakhir rangkaian kegiatan hari keagamaan ini adalah hari Megat Tuwakan tepat 42 hari setelah hari raya Galungan.
Leave a Reply