Sebuah tragedi kemanusiaan yang memakan banyak korban jiwa terjadi di Kuta Bali, dikenal dengan tragedi bom Bali, bagaimana orang-orang yang tidak pernah melakukan kesalahan dengan pelaku bom harus meninggal dengan tragedi mengenaskan. Untuk menghormati nilai-nilai kemanusiaan, bahwa jiwa manusia lebih penting dari sekedar keyakinan segelintir orang yang salah, maka dibangun tugu peringatan yang dikenal dengan nama Monumen Bom Bali atau Monumen Ground Zero.
Walaupun kejadian sudah puluhan tahun lebih tepatnya pada tanggal 12 Oktober 2002, namun terasa masih segar diingatan warga lokal ataupun keluarga yang menjadi korban pada tragedi tersebut, Monumen Bom Bali tersebut mengingatkan kita pada kelakuan biadab orang-orang radikal yang menganggap nyawa manusia tersebut seolah tidak ada artinya. Aksi teroris ini tergolong paling brutal di Indonesia, dan kita harapkan tidak akan terjadi lagi.
Monumen Bom Bali atau tugu peringatan Ground Zero di Legian Kuta ini, mengingatkan kita, bagaimana pada malam naas tersebut, pada pukul 23.30 dua buah bom meledak di jalan Raya Legian, ledakan pertama terjadi di Paddy’s Pub, pengunjung yang lebih banyak wisatawan asing berhamburan keluar club, kemudian disusul ledakan kedua di depan Sari Club, mengakibatkan 202 korban jiwa meninggal, korban paling banyak adalah wisatawan dari warga negara Australia sebanyak 88 orang, warga Indonesia 38 orang, Amerika Serikat 7 orang dan Swiss 6 orang.
Tragedi berdarah tentu tidak bisa dilupakan begitu saja dan mungkin akan terus diingat dan dikenang oleh anak cucu kita nantinya, bukan kenangan kisah heroik tapi kebiadaban perilaku manusia yang tak pantas dilakukan lagi, untuk itulah pada tahun 2003 di tempat kejadian tepatnya bekas Paddy’s Pub, dibangun tugu peringatan Ground Zero atau Monumen Bom Bali dan diresmikan pada tanggal 12 Oktober 2004. Dan sebelumnya pada tanggal 8 Oktober melalui proses ritual agama Hindu diadakan upacara Melaspas dan mecaru yang bertujuan membersihkan serta menyucikan tempat tersebut.
Monumen Bom Bali tersebut untuk penghormatan akan nilai-nilai kemanusiaan, mendengungkan perdamaian, dan menyadari bahwa kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Paddy’s Club club sendiri direlokasi sekitar 75 meter di sebelah Selatannya dan bernama Paddy’s reload. Sedangkan bekas Sari Club, sementara masih dibiarkan sebagai tempat parkir, karena kawasan jalan raya Legian bebas dari parkir mobil, hanya sepeda motor yang diperbolehkan, karena jalan raya Legian seringkali terjadi kemacetan terutama saat-saat liburan.
Pada Monumen Bom Bali tersebut terpatri 202 nama korban meninggal saat tragedi berdarah tanggal 12 Oktober 2002. Kejadian di jalan Legian ini dikenal tragedi bom Bali I, karena pada tanggal 1 Oktober 2005 terjadi lagi aksi teroris di Jimbaran dan Kuta yang menyebabkan 23 orang meninggal dan sedikitnya 196 orang luka-luka dan kejadian ini dikenal dengan bom Bali II, kita semua berharap tidak ada kejadian ke-3 atau kejadian-kejadian berikutnya. Dua kali tragedi berdarah tersebut membuat pariwisata di pulau ini meredup, butuh waktu sangat lama untuk mengembalikan industri pariwisata menjadi normal kembali.
Untungnya pelaku bisa ditangkap dengan cepat di bawah kapolda Bali waktu itu Bapak Mangku Pastika, dan masyarakat Bali pada umumnya, bisa menyikapi hal ini dengan bijak, karena kekerasan tidak harus dihadapi dengan kekerasan. Masyarakat Bali yang didominasi Hindu, masih tetap bisa menjaga keharmonisan dan keragaman dengan warga non Hindu. Karena mereka yakin tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan pada umatnya dan percaya bahwa hukum karma itu akan berjalan seiring berjalannya waktu.
Setiap 12 Oktober, keluarga korban sering datang dan hadir di lokasi Monumen Bom Bali ini, untuk mengenang dan mendoakan kerabat-kerabat mereka. Seiring waktu tugu peringatan Ground Zero ini juga menjadi salah satu tujuan objek wisata di Bali, terutama wisatawan yang menginap di wilayah Bali Selatan ataupun Kuta. Lokasinya memang di pusat keramaian Pariwisata, sehingga setiap orang yang pertama kali ke Kuta ataupun Legian akan menyempatkan diri untuk berkunjung ke lokasi ini. Jalan Legian sendiri sampai sekarang ini masih menjadi pusat hiburan malam, pertokoan, Spa, hotel, butik, mini market, restoran dan berbagai layanan wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan.
Akses untuk menuju monumen Bom Bali ini cukup mudah bisa dengan kendaraan bermotor baik itu mobil dan sepeda motor, tempat parkir cukup luas dan memadai, untuk parkir mobil disediakan lahan bekas Sari Club. Di kawasan Kuta, Legian, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua beroperasi sejumlah angkutan wisata seperti taksi meter, ada tranportasi freelance, sewa sepeda motor, sewa mobil dan juga taksi online yang keberadaanya banyak ditolak di sejumlah pusat pariwisata, dengan aturan Banjar adat taksi online terkadang tidak boleh mengambil penumpang di wilayah banjar atau desa bersangkutan.
Leave a Reply