Lombok memiliki sebuah warisan budaya dan tradisi unik adat setempat berupa kegiatan seni bela diri yang dikenal dengan Peresean, budaya asli yang diwariskan turun temurun oleh nenek moyang suku Sasak di Lombok ini.
Jika anda pernah liburan dan wisata ke Gili Trawangan, maka anda bisa menyaksikan Peresean ini di kawasan sentral dekat dengan dermaga fast boat Gili Trawangan ke Bali.
baca juga; aktivitas wisata di Gili Trawangan >>>>
Sebagai kawasan pariwisata dan tujuan liburan di wilayah Lombok, maka Gili Trawangan memiliki kesempatan untuk memperkenalkan tradisi adat seperti Peresean ini kepada wisatawan yang sedang berada di pulau tersebut.
Sehingga jika anda liburan ke Gili Trawangan, tidak hanya bisa menikmati pesona indah tempat rekreasi dan objek wisata alamnya saja, tetapi juga tradisi adat suku Sasak tersebut, yakni Peresean.
Pementasan seni bela diri Peresean ini, merupakan ajang adu nyali yang melibatkan 2 orang petarung laki-laki, mereka ini disebut Pepadu, masing-masing membawa sebatang tongkat rotan yang dinamakan penjalin untuk menyerang lawan dan sebuah perisai yang dinamakan ende terbuat dari kulit kerbau atau sapi untuk menangkis serangan lawan.
Di ujung penjalin tersebut dilapisi aspal agar beling halus bisa menempel, bisa dibayangkan bagaimana seandainya ujung penjalin tersebut mengenai tubuh. Pertarungan mereka dipimpin oleh dua orang wasit yang dikenal dengan istilah Pakembar. Tradisi unik suku adat Sasak di Lombok ini memang unik dan menantang.
Budaya adat dan tradisi Peresean di Lombok
Budaya adat dan tradisi tersebut sudah berlangsung dari ratusan tahun yang lalu. Sejarah dan latar belakang tradisi Peresean ini adalah merupakan pelampiasan rasa emosional raja-raja lombok yang menang setelah berperang di medan pertempuran saat melawan musuh-musuhnya.
Persean juga sebagai media melatih ketangkasan, keberanian serta ketangguhan dalam bertanding, kemudian diwariskan secara turun-temurun sebagai acara ritual untuk memohon turunnya hujan di musim kemarau, tentunya sangat disakralkan oleh suku Sasak Lombok.
baca juga; tempat wisata di Lombok >>>>
Pada perkembanganya kini Peresean juga dipentaskan sebagai sarana penyambutan para tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Pulau Lombok. Salah satunya jika anda berkunjung ke Gili Trawangan yang merupakan salah satu sentral pariwisata di Lombok, bisa anda temukan pementasannya.
Petarung atau pemain bisa juga dipilih dari para penonton, sehingga Peresean ini juga bisa diikuti oleh para wisatawan yang sedang menonton, dengan mematuhi aturan-aturan yang ada.
Wasit atau pakembar akan menunjuk langsung pemain/pepadu dari penonton dan memilih pepadu atau lawan yang seimbang. Penonton juga berhak menolak, tidak dipaksakan.
Nah cukup menarik bukan? Gili Trawangan yang terkenal dengan keindahan alamnya juga memiliki budaya adat dan tradisi unik yang dinamakan Peresean, tradisi ini merupakan warisan budaya asli suku Sasak.
Selain digelar di pulau Gili Trawangan sebagai penyambutan selamat datang kepada wisatawan atau digelar saat memohon hujan pada musim kemarau, Peresean juga dipentaskan pada saat- saat menjelang perayaan khusus, seperti perayaan HUT Republik Indonesia, hari ultah Kabupaten atau menjelang Ramadhan.
Jadi jika anda wisatawan cobalah memilih momen atau tempat wisata yang tepat untuk menyaksikan tradisi Peresean tersebut, dan jika anda punya nyali dan ketangkasan bisa ikut ambil bagian sebagai petarung.
baca juga; sejarah Gili Trawangan Lombok >>>>
Dalam adu tanding dalam tradisi Peresean, jumlah petarung tidak dibatasi, dua orang wasit yang memimpin pertandingan berfungsi berbeda, wasit tengah (Pakembar Tengaq) bertugas untuk memimpin pertandingan, sedangkan wasit pinggir (Pakembar Sedi) bertugas untuk melakukan penilaian.
Pertarungan dinyatakan selesai jika salah satu pepadu kena pukul dan mengeluarkan darah atau salah satu petarung menyatakan menyerah. Jika tidak maka pertarungan dilanjutkan terbatas sampai 5 ronde saja, dan wasit pinggir berhak menentukan siapa pemenangnya.
Budaya tradisional Peresean ini selalu menjunjung nilai sportifitas, walaupun mereka saling pukul dengan sengit dalam arena, bahkan sampai ada yang mengeluarkan darah, setelah pementasan selesai mereka tetaplah sahabat, saling berpelukan dan tidak punya rasa dendam.
Karena dibalik budaya Peresean, selain sebagai pelestarian budaya juga sebagai ajang silaturahmi dan persahabatan bukan bertujuan mencari lawan tetapi mencari kawan ataupun saudara.
Budaya ini tergolong sangat keras tidak hanya butuh keberanian, tapi juga ketangkasan. Namun sampai sekarang masih terjaga lestari untuk menguji nyali para pemuda bahkan anak-anak suku Sasak.
Budaya dan tradisi Peresean di Lombok ini sekilas mirip dengan tradisi Gebug Ende di desa Seraya di Karangasem Bali, Gebug Ende Seraya ini juga melibatkan dua petarung laki-laki dengan perlengkapan penjalin dan ende yang bertujuan juga untuk memohon hujan.
Yang membedakannya pada saat Peresean, petarung tidak disiapkan secara khusus, bisa berasal dari penonton dan dalam arena tidak menggunakan tongkat pemisah sebagai batas areal masing-masing petarung.
Sedangkan dalam Gebug Ende petarung sudah disiapkan khusus dan ada batas pemisah sehingga tidak bisa memasuki areal lawan. Belum admin ketahui hubungan antara Peresean di Lombok dengan Gebug Ende di Seraya ini.
Tata Cara permainan Peresean di Lombok
Dua orang petarung dipilih dan disiapkan oleh wasit, langsung ditunjuk dari penonton untuk mencarikan lawat yang tepat, tapi jangan khawatir penonton berhak menolak, mereka yang ikut juga kebanyakan yang sudah sering tampil dan punya ketangkasan dibidangnya. Pertarungan hanya berlangsung 5 ronde, kecuali ada salah satu petarung yang KO atau meneyerah.
Para petarung yang dipilih, berada di tengah-tengah arena, memakai sarung khas Lombok dan ikat kepala yang sudah disiapkan panitia, tapi bertelanjang dada. Tongkat rotan biasanya berada di tangan kanan dan tangan kiri memegang perisai untuk menangkis.
Para petarung hanya boleh memukul dari bagian perut ke atas, yaitu bagian kepala, pundak dan punggung. Dan nilai tertinggi yang diperoleh saat petarung bisa memukul kepala lawan.
Apalagi sampai berdarah maka lawan dinyatakan KO dan wasit akan meniup peluit panjang menyatakan permainan selesai dan salah satu pepadu sebagai pemenangnya.
baca juga; tips liburan ke Gili Trawangan Lombok >>>>
Dalam pertarungan adu tanding ini, para pepadu diiringi dengan gamelan khas suku adat Sasak yang membangkitkan adrenalin untuk saling menyerang, mereka terkadang menari sesuai dengan irama musik, kemudian bertarung lagi saling serang.
Sebuah budaya dan tradisi warisan leluhur, yang masih terjaga dengan baik sampai saat ini. Menikmati pementasan Peresean ini, tentunya akan mendapatkan pengalaman wisata menarik selama liburan di Lombok.
Cara termudah menikmati Peresean ini dengan cara berkunjung ke Gili Trawangan Lombok, dan untuk menuju pulau tersebut dari pulau Dewata Bali, kami sediakan tiket kapal cepat atau fast boat dari Bali ke Gili Trawangan, harga yang kami tawarkan cukup murah.
Kami menyediakan berbagai layanan wisata, mulai dari paket tour murah di Bali, sewa mobil di Bali, sewa bus pariwisata, rekreasi Ayung rafting Ubud, wisata kapal selam Odyssey Submarine dan juga berbagai aktivitas watersport untuk melengkapi kebutuhan liburan anda.
Leave a Reply