Anda pernah mengenal atau bahkan sembahyang ke Pura Goa Gong? nama pura tersebut mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga setempat, namun tidak demikian bagi masyarakat Bali pada umumnya. Lokasi Pura Goa Gong di Banjar Batu Mongkong, Desa Jimbaran, Kuta selatan, kabupaten Badung.
Lokasi Pura Goa Gong, cukup berdekatan dengan pusat kota Denpasar, dalam peta wisata Bali, lokasinta di kawasan pariwisata Bali Selatan, yang berdekatan dengan Kuta, Nusa Dua dan juga kawasan pariwisata Uluwatu di wilayah Badung Selatan.
baca juga; objek wisata populer di Bali Selatan >>>>
Kalau dari namanya Pura Goa Gong berhubungan dengan keberadaan sebuah gua yang berada di lokasi tersebut dan juga berkaitan dengan gong yang dikenal sebagai alat musik tradisional.
Untuk itulah dalam halaman ini mengemas info tentang sejarah berdirinya Pura Goa Gong, termasuk juga daya magis serta aura spiritual yang dimiliki oleh tempat suci tersebut, sehingga anda yang suka dengan kegiatan rohani atau spiritual, maka pura Goa Gong akan bisa menjadi tujuan anda selanjutnya.
Sebagai pulau seribu pura, tentunya akan sangat mudah untuk menemukan tempat suci agama Hindu tersebut di Bali. Biasanya pura yang merupakan bagian dari pura Sad Kahyangan ataupun Dang Kahyangan jagat di Bali dibangun di tempat-tempat yang sepi dan tenang.
Seperti didirikan di wilayah pegunungan, pantai, hutan dan juga danau, termasuk juga gua digunakan oleh orang suci sebagai tempat bertapa ataupun semedi yang ideal untuk menyepi, menemukan ketenangan dan mendekatkan diri dengan sang Pencipta, begitu juga dengan keberadaan pura Goa Gong tersebut.
baca juga; pura Goa Batu Pageh di Unggasan >>>>
Dari jejak sejarah orang suci tersebut dibangunlah pelinggih untuk mengingatkan kita akan sejarah perjalanan dan jasa beliau, termasuk juga dengan pura Gong tersebut, berhubungan erat dengan jejak sejarah perjalanan Dang Hyang Nirartha.
Beliau adalah orang suci yang dikenal dengan gelar Ida Pedanda Wau Rawuh atau Dang Hyang Dwijendra, sempat menginjakkan kakinya di gua tempat pura Goa Gong tersebut berdiri.
Jadi pura Goa Gong tersebut merupakan salah satu pura penting yang patut diketahui oleh umat Hindu, yang merupakan jejak-jejak sejarah orang suci bagi umat Hindu.
Latar belakang sejarah pura Goa Gong
Konon berawal dari perjalanan suci Dang Hyang Nirartha, dimana ketika itu beliau sedang melakukan yoga semadi di Pura Uluwatu, beliau yang sedang menulis aksara-aksara suci pada beberapa batu yang akan dijadikan dasar pembangunan pura Uluwatu, tiba-tiba mendengar suara gong yang mengalun-alun dari kejauhan.
Suara gong tersebut begitu halus, seolah memanggil untuk mendekatinya. Beliaupun tergerak hatinya untuk mencari tahu sumber suara gong tersebut yang berasal arah Timur Laut (kaja kangin), melewati hutan dan tegalan.
baca juga; sejarah pura Uluwatu >>>>
Di tengah perjalanan beliau bertemu dua ekor ular yang berwarna kuning dan merah, naga tersebut melintang di jalan seolah menghalangi perjalanan Dang Hyang Niratha.
Ternyata dua ekor ular tersebut adalah wujud dari raja dan ratunya gamang atau wong samar, dan keduanya telah ratusan tahun bersemedi untuk mendapatkan penyupatan, namun masih belum ada yang berkenan menyupat mereka.
Dengan kedatangan Dang Hyang Nirartha diungkapkanlah keinginanya, agar beliau bisa menyupat dan bisa menuju sunya loka.
Dang Hyang Nirartha menyanggupinya untuk menyupat wong samar tersebut tetapi beliau meminta setelah roh (atman) dari ular tersebut disupat, badan kasar ular tersebut tetap berada di sana.
Setelah disetujui, disupatlah kedua ular tersebut dan ditempat ini kemudian didirikan taman yang sekarang dikenal dengan Goa Peteng dan ular tersebutpun tetap diyakini sebagai ratu dan rajanya wong samar.
Setelah selesai dang Hyang Nirartha melanjutkan perjalanannya, untuk menemukan suara gong tersebut, setelah sekitar 40 meter, beliau menemukan sebuah goa dan gong, namun setelah didekati gong tersebut berhenti bersuara.
baca juga; pura tempat melukat di Bali >>>>
Dang Hyang Nirartha masuk dalam ruangan gua, kemudian duduk di atas batu untuk melakukan semedi (meyoga) di tempat tersebut kemudian muncul air berwarna-warni, saat meyoga, beliau didatangi oleh ribuan wong samar atau gamang yang ingin juga mendapatkan penyupatan.
Beliau berkenan melakukan penyupatan tersebut dan itupun tergantung dari karmanya masing-masing, Dang Hyang Nirartha juga minta agar wong samar tersebut bisa membantu membuat parahyangan suci di Uluwatu.
Akhirnya disetujui dan secara tulus ikhlas wong samar tersebut membantu membangun Pura Luhur Uluwatu, yang sekarang juga populer menjadi salah satu objek wisata populer di Bali.
Seperti latar belakang sejarah dari berdirinya pura Goa Gong tersebut, maka pura ini sebagai tempat pemujaan Dang Hyang Nirartha atau Dang Hyang Dwijendra, namun demikian masih ada sejumlah pelinggih lainnya di sini, seperti pelinggih untuk ancangan Ida Bhatara di Goa Gong.
Dan sebagian besar sebagai tempat dari para wong samar, sehingga suasana alam magis sangat kental sekali dan terasa angker di Pura Goa Gong ini. Uniknya lagi di kawasan pura terdapat pelinggih Ratu Mas Manik Subandar dan Dewi Kwam Im, sehingga Pura Goa Gong ini saat hari-hari besar agama Budha juga dikunjungi juga oleh umat Budha.
Pada tebing-tebing gua terdapat stalaktit, pada stalaktit tersebut menetes air yang juga sebagai sumber air suci tirta, ini adalah fenomena unik, gua yang berada di bukit kapur yang tandus dan gersang, namun di dalam goa selalu saja ada tetesan air yang keluar dari dinding goa, ini cukup menjadi misteri, bagi mereka yang datang dan bersembahyang di Pura Goa Gong ini.
cek juga; pura tempat memohon keturunan >>>>
Dan air suci (tirta) yang berasal dari tetesan air dari dinding gua tersebut dikenal sangat berkhasiat sehingga diyakini warga sebagai tempat untuk memohon kesembuhan, dan memang terbukti banyak kejadian dan cerita seputar khasiat dari air suci di Pura Gong tersebut.
Yang diyakini warga sampai saat ini, pura Goa Gong juga sebagai tempat memohon agar anak-anak bisa bicara (anak umur 2-5 tahun), bahkan ada yang sudah remaja memohon berkah untuk kelancaran berbicara.
Piodalan atau pujawali di Pura Goa Gong setiap 6 bulan sekali bertepatan dengan hari Soma Ribek (Soma Pon Wuku Sinta), pada saat piodalan berlangsung, konon acapkali gong tersebut mengeluarkan bunyi secara gaib di pura ini.
Jika anda hendak melakukan persembahyangan di Pura Goa Gong, anda bisa menyiapkan sarana upacara (banten) semampunya baik hanya berupa canang ataupun pejati.
Pantangan atau larangan di Goa Gong
Perlu diketahui setiap hari Rabu pura ini ditutup, tidak diperkenankan memasuki areal gua, walaupun bertepatan dengan perayaan hari besar Hindu seperti hari raya Galungan. Karena pada saat hari Rabu diyakini sebagai payogan Dang Hyang Nirartha, ,jika itu dilakukan akan banyak kejadian aneh menimpa warga.
Pantangan dan larangan juga bagi ibu hamil dan menyusui untuk masuk ke wilayah jeroan, karena merupakan areal suci pura, kalau memang sudah disana, cukup berada di luar halaman pura.
Jika anda ingin nunas air suci (tirta) pantangan menggunakan bahan-bahan dari plastik seperti jerigen atau sejenisnya, gunakanlah gelas atau botol dari kaca.
Kawasan pura Goa Gong juga dianggap memiliki aura mistis, yang dihuni banyak wong samar, jika anda kebetulan lewat di jalan tersebut, bunyikanlah klason kendaraan sebagai tanda permisi melintasi kawasan suci tersebut.
Akses dan lokasi Pura Goa Gong
Akses menuju ke lokasi pura dari arah Denpasar menuju pertigaan kampus Udayana di Bukit Jimbaran, belok kiri atau ke selatan sekitar 3 km, ada dua buah patung macan, maka anda sudah masuk ke areal parkir pura.
Akses jalan menuju pura, cukup curam, sehingga pastikan kendaraan anda baik itu sepeda motor ataupun mobil dalam kondisi prima.
Jika anda berkunjung ke pura bertepatan dengan hari-hari besar agama Hindu, seperti Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon dan lainnya (selain hari Rabu), maka pintu pura tidak terkunci, kalau terkunci bisa hubungi Jro Mangku yang ngayah di pura Goa Gong tersebut.
Pura Goa Gong sangat populer di Jimbaran, kalau anda kehilangan arah bisa tanya warga setempat, atau pakai panduan peta lokasi di penanda google maps.
Leave a Reply