Keberadaan Bali sekarang ini tentunya tidak lepas dengan sejarah panjang masa lalu yang menyangkut keberadaan kerajaan Bali kuno di pulau Bali. Pada masa pemerintahan kerajaan Bali kuno tersebut, raja-raja silih berganti memegang tapuk pemerintahan, apakah itu karena keturunan ataupun saudara termasuk juga dari dinasti yang berbeda. Tercatat dalam sejarah Bali Kuno dinasti Warmadewa yang memerintah kerajaan Bali kuno pertama, berdasarkan prasasti Blanjong yang ditemukan di Banjar Blanjong, desa Sanur Kauh, Denpasar Selatan, Bali yang berangka tahun 913 M atau 835 Isaka.
Prasasti Blanjong tersebut merupakan prasasti tertulis tertua yang terdapat sejarah tentang raja-raja kuno di pulau Bali, tulisan dalam prasasti Blanjong ini dengan huruf Pranagari dalam bahasa Bali Kuno dan huruf Kawi menggunakan bahasa Sanskerta. Bentuk prasasti tersebut berupa pilar batu dengan tinggi 177 cm dan diameter 62 cm, peninggalan sejarah Bali tempo dulu ini juga meliputi sejumlah arca kuno dan tempat pemujaan. Dalam prasasti disebutkan kata Walidwipa sebutan untuk pulau Bali, dikeluarkan oleh raja Bali bernama Sri Kesari Warmadewa, sebagai tanda kemenangan mengalahkan musuh-musuhnya.
baca juga: mengenang sejarah masa lalu Bali tempo dulu >>>>
Bukti sejarah Bali Kuno lainnya ditemukanya juga beberapa cap kecil berukuran 2.5 cm dari tanah liat, prasasti ini ditemukan di daerah Pejeng, prasasti berupa cap kecil di Pejeng ini berangka tahun 882 dan merupakan prasasti tertua di Bali. Prasasti ini tidak menyebutkan tentang keberadaan kerajaan Bali pada abad tersebut, tetapi memberikan perintah untuk membuat pesanggrahan dan pertapaan di Bukit Kintamani.
Sejarah Raja saat kerajaan Bali Kuno
Sejarah kerajaan Bali Kuno termasuk keberadaan dinasti Warmadewa yang memerintah pertama, serta sejumlah prasasti ditemukan di sejumlah tempat yang berkaitan dengan raja atau penguasa di Bali, berikut informasinya.
-
Sri Kesari Warmadewa
Yang tercatat dalam sejarah Bali Kuno, raja Sri Kesari Warmadewa adalah raja pertama yang memerintah di Bali. Raja ini juga sebagai pendiri dari dinasti Warmadewa, nama Warmadewa memastikan kalau raja berasal dari keturunan Sailendra dari Sriwijaya Palembang. Dalam kitab kuno Raja Purana, disebutkan kalau raja Bali yang bernama Shri Wira Dhalem Kesari mendirikan istana Singhadwala di kawasan pura Besakih, sang raja sangat tekun melakukan pemujaan terhadap Dewa yang berstana di gunung Agung, tempat pemujaanya sekarang dinamakan Merajan Selonding. Sri Kesari Warmadewa tidak lama memerintah, hanya sekitar 2 tahun dan kemudian digantikan oleh Ugrasena.
-
Shri Ugrasena
Raja Bali Kuno ini memerintah dari tahun 915 – 942 M, pusat pemerintanya di Singhamandawa, daerah sekitar Batur. Beliau seorang raja yang bijaksana, secara spiritual Bali berkembang pesat. Sehingga mulai mendapatkan perhatian oleh kaum pedagang dan kerajaan lain. Walaupun tidak menyematkan gelar Warmadewa, tapi dipastikan sang raja dari dinasti Warmadewa. Shri Ugrasena terkenal bijaksana dan berwibawa sehingga menjadikan pulau Bali aman dan tenteram. Pada saat jaman pemerintahan Bali Kuno tersebut para pendeta Siwa Budha, Hindu, Rsi para Empu datang dari pulau Jawa dan juga India semua hidup rukun. Sejumlah prasasti juga menyebutkan keberadaan raja Shri Ugrasena seperti Prasasti Sembiran A I, Prasasti Pengotan A I, Prasasti Gobleg Pura Batur A dan lainya prasasti-prasasti tersebut tertulis dalam bahasa Bali Kuno.
-
Shri Tabanendra Warmadewa
Pemerintahan kerajaan Bali Kuno berlanjut ke raja Shri Tabanendra Warmadewa, sang raja masih merupakan keturunan dinasti Warmadewa, beliau sendiri putra dari raja Shri Ugrasena, setelah Shri Ugrasena meninggal maka digantikan oleh putra beliau Shri Tabanendra Warmadewa dan bertahta di kerajaan Singhamandawa, beliau mempersunting istri dari anak seorang mpu, bernama Shri Subhadri Dharmadewi anak dari Mpu sendok yang berasal dari Jawa Timur, Dalam prasasti berbahasa Bali Kuno di Manikliyu di Kintamanii, disebutkan kalau ada raja putri, ini menandakan sang permaisuri yakni Shri Subhadri Dharmadewi ikut memerintah dalam kerajaan Bali Kuno, yang memerintah dari tahun 943-961 Masehi.
-
Jaya singha Warmadewa
Pengganti berikutnya adalah Jaya Singha Warmadewa, beliau adalah putra raja suami istri Shri Tabanendra Warmadewa dan Shri Subhadri Dharmadewi, raja Bali Kuno ini juga tercatat membangun sebuah pemandian dengan sumber mata air alami di desa Manukaya, Tampaksiring, pemandian tersebut disebut Tirtha Empul, yang sekarang menjadi destinasi wisata populer di wilayah Tampaksiring Gianyar. Raja Bali Kuno ini memerintah mulai tahun 968 masehi – 975 masehi.
-
Shri Djanusandhu Warmadewa
Setelah Jaya singha Warmadewa meninggal, maka pemerintahan kerajaan Bali Kuno berikutnya digantikan oleh putranya, yakni Shri Djanusandhu Warmadewa, permaisuri raja berasal dari Jawa Timur yang diberi gelar Shri Wijaya Mahadewi. Banyak perbaikan pembangunan yang dilakukan pada jaman pemerintahan Shri Wijaya Mahadewi diantaranya pembangunan pura, kerajaan Bali Kuno saat tersebut juga banyak mendapatkan bantuan dari kerajaan Jawa Timur, sehingga penduduk pulau Bali terasa lebih makmur, kerajaan Bali kuno di bawah pemerintahan Shri Wijaya Mahadewi berlangsung dari tahun 975-988 Masehi.
-
Udayana Warmadewa dan Gunapriya Dharmapatni
Kerajaan Bali Kuno berikutnya diperintah oleh raja suami istri, yakni raja Udayana Warmadewa bersama permaisurinya Gunapriya Dharmapatni (988-1011 M). Permaisurinya berasal dari Jawa Timur anak raja seorang putri dari Shri Makuta Wangsa Wardana dan bernama Mahendradatha. setelah dinobatkan sebagai raja suami istri sang pangeran bergelar Dharmodayana Warmadewa dan permaisurinya diberi gelar Gunapriya Dharmapatni, raja Bali kuno ini memerintah dari tahun 988-1011 Masehi. Namun yang cukup menarik, dalam sejumlah prasasti yang ditemukan di Bali menyebutkan nama permaisuri disebutkan terlebih dahulu. Pengaruh besar dari jawa ini juga membawa pengaruh pada kebudayaan, semenjak itu pembuatan prasasti digunakan bahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi. Raja Udayana memiliki 3 orang putra diantaranya Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu. Airlangga sendiri tidak pernah memerintah kerajaan di Bali, karena hijrah ke Jawa Timur dan menjadi menanti Dharmawangsa.
-
Marakata
Setelah Raja Udayana mangkat, upacara besar pun dilakukan untuk penghormatan kepada sang raja yang sudah berjasa besar, penghormatan oleh seluruh lapisan masyarakat Bali, para pemuka agama, pembesar kerajaan, pemuka masyarakat juga hadir untuk penghormatan tersebut, termasuk juga Mpu Beradah yang merupakan utusan dari Airlangga. Dan pemerintahan kerajaan Bali Kuno dilanjutkan oleh putera beliau yakni Marakata dan diberi gelar Dharmawangsawardhana Marakata Pangkaja sthana Uttunngadewa, raja Bali kuno ini memerintah dari tahun 1011-1022 M.
-
Anak Wungsu
Perjalanan sejarah kerajaan Bali Kuno berlanjut ke raja berikutnya yakni Anak Wungsu yang merupakan adik dari Marakata dan Airlangga. Pada jaman pemerintahan kerajaan Bali Kuno, raja Anak Wungsu tercatat paling banyak meninggalkan prasasti di Bali, diantaranya prasasati yang tersimpan di desa trunyan bangli, prasasti di Bebetin Buleleng, prasasti di Sembiran Buleleng, Sawan Belantih, SPrasasti Serai, Pengotan, Manikliyu Bangli, prasasti Klungkung dan banyak lagi lainnya, sebagian besar menggunakan bahasa Bali Kuno. Peninggalan sejarah Bali kuno tempo dulu juga berbentuk arca, salah satunya komplek candi Gunung Kawi yang sekarang menjadi destinasi wisata di bali. Sang raja pada masa pemerintahanya selama 28 tahun (1049–1077) berhasil membawa kesejahteraan masyarakat dan agama Hindu dan Budha bisa hidup berdampingan. Raja anak Wungsu dianggap rakyatnya sebagai Dewa Kebaikan. Anak Wungsu sendiri tidak memiliki putera, permaisurinya dikenal dengan Batari Mandul.
-
Shri Suradhipa
Setelah masa kejayaan kerajaan Bali Kuno di bawah pemerintahan raja Anak Wungsu, tercatat dalam sejumlah prasasti di Bali yang sudah berbahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi. Adanya seorang ratu yang bertahta di kerajaan Bali, sekitar tahun 1078-1114 Masehi yang menggantikan raja Anak Wungsu, pada tahun berikutnya ada juga prasasti yang sekarang tersimpan di Gobleg Buleleng yang berangka tahun 1115 Masehi bernama Shri Suradhipa, yang merupakan keturunan dinasti Warmedewa, beliau putra dari Shri Sakalendu.
-
Shri Jaya Pangus
Pemerintahan kerajaan Bali kuno berikutnya setelah Shri Suradhipa, berturut-turut diperintah oleh raja Shri Jaya Sakti, Shri Jaya Kasunu dan Shri Jaya Pangus. Dilihat dari nama-nama raja yang memerintah pada masa Bali Kuno tersebut, sudah terjadi percampuran dinasti atau wangsa yakni dari dinasti Warmadewa dengan dinasti Maharaja Jaya Sakti. Dalam sejumlah prasasti di Bali diketahui kalau Shri Jaya Sakti memerintah bali kuno dari tahun 1133-1150. Kerajaan Bali Kuno berikutnya dipegang oleh Shri Jaya Kasunu pada saat pemerintahanya diperkenalkan adanya perayaan Hari raya Galungan dan Kuningan. Selanjutnya raja Shri Jaya Pangus yang mengundang Sapta Pandita untuk memimpin upacara Eka dasa Rudra di Pura Besakih. Dalam sebuah prasasti Shri Jaya Pangus disebutkan berstana di Pejeng. Kerajaan Bali Kuno dibawah pemerintahan raja Shri Jaya Pangus dari tahun 1177-1199 Masehi.
Setelah wangsa atau dinasti Jaya Sakti memerintah kerajaan Bali Kuno, datang kerajaan Singasari yang menaklukkan kerajaan Bali pada tahun 1284 Masehi, kemudian datang lagi kerajaan Majapahit menaklukkan Bali di tahun 1343 masehi, dan raja-raja selanjutnya yang memerintah kerajaan di Bali diantaranya Sri Aji Kresna Kepakisan, Dalem Samprangan, Dalem Ketut, Dalem Waturenggong, Dalem Bekung, Dalem Sagening, Dalem Di Made, Dewa Pacekan, Dewa Cawu dan Anglurah Agung Maruti.
baca juga: sejarah tentang Bali >>>>
Demikian sedikit ulasan tentang sejarah kerajaan Bali kuno dari jaman tempo dulu. Sejumlah peninggalan sejarah baik itu berupa bangunan, arca kuno, prasasti dan lonta-lontar Bali kuno yang bisa anda temukan di sejumlah tempat di pulau Bali. Sejumlah bangunan sejarah Bali kuno, sekarang ini menjadi destinasi wisata dan tujuan tour populer di Bali.
sumber: https://yanartha.wordpress.com/kerajaan-bali-kuno/
https://chirpstory.com/li/414769
Leave a Reply