Asal usul dan sejarah nama Karangasem, berasal dari suku kata yaitu Karang Semadi. Adapun catatan yang menguatkan dugaan ini dijelaskan dengan lengkap dalam Prasasti Sading C yang saat ini tersimpan di Geria Mandara, Munggu, Badung.
Saat ini Karangasem sudah menjadi salah satu wilayah kabupaten di propinsi Bali yang terkenal di mancanegara karena banyak menyimpan keunikan dan keindahan alam semesta. Karangasem mempunyai segudang potensi alam indah dan menarik, sehingga menjadi tujuan liburan dan wisata bagi para pelancong.
Karangasem juga memiliki berbagai budaya dan tradisi unik yang tidak dimiliki wilayah kabupaten lainnya, sehingga membuat kabupaten paling Timur pulau Bali ini, memang cukup spesial dan menarik di mata wisatawan. Selain alamnya yang indah, juga terdapat sejumlah bangunan bersejarah yang merupakan peninggalan raja-raja Karangasem, yang pernah berkuasa dan berjaya di masanya.
baca juga; budaya dan tradisi unik di Bali >>>>
Dalam halaman ini akan dikemas sekilas tentang sejarah kerajaan Karangasem di Bali Timur, berikut mengetahui keturunan raja-raja penguasa wilayah ini dan berbagai peninggalan yang diwariskan sampai saat ini. Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut berupa bangunan puri tempat istana raja, serta tempat peristirahatan raja yang sekarang populer menjadi objek wisata dan menjadi tujuan tour di kawasan pariwisata Bali Timur.
fote; via https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/
Sejarah Perang Kerajaan Karangasem dengan Lombok dan Belanda
Sejarah perjalanan kerajaan-kerajaan di Nusantara, pada jaman dahulu termasuk juga sejarah kerajaan di Bali memang tidak pernah lepas dengan peperangan, tentunya untuk memperluas kekuasaan, begitu juga dengan raja Karangasem. Kerajaan Hindu yang berdiri pada abad ke-17. Pada masa-masa kejayaannya raja Karangasem melakukan invansinya sampai ke pulau Lombok.
Pada saat kekuasaan raja Karangasem di Lombok, pasukan kerajaan ternyata kewalahan untuk memadamkan perlawanan orang-orang Sasak yang terjadi pada tahun 1891. Dengan mengerahkan sekitar 8 ribu prajurit dirasa belum cukup sehingga dikirim pasukan tambahan dalam 2 gelombang yaitu masing-masing berkekuatan 3 ribu dan 1.200 tentara terlatih.
Sejarah akan berakhirnya kekuasaan di Lombok ini, berlangsung selama 2 tahun dimana orang-orang Sasak masih mampu melawan pasukan yang dikirim oleh Raja Karangasem dari Bali. Tetapi ketika memasuki tahun 1894, posisi mereka mulai terdesak karena penguasa kerajaan memiliki perlengkapan perang yang lebih canggih. Dalam kondisi sulit seperti ini para Muslim-Sasak terpaksa memohon bantuan kepada Belanda guna membantu mereka di medan pertempuran yang terjadi pada tanggal 20 Februari 1894.
baca juga; sejarah kerajaan Bali kuno >>>>
Kolonial Belanda sendiri sudah lama sekali terlibat masalah dengan kerajaan-kerajaan lokal di daerah Bali bahkan di seluruh kepulauan Nusantara, nah pada kesempatan ini Belanda melihat ada peluang besar untuk mengalahkan Bali. Belanda hanya menginginkan agar Bali tidak dikuasai oleh bangsa Barat lainnya.
Adanya permohonan bantuan dari orang-orang Sasak ke kolonial Belanda yang terjadi pada tahun 1894 memberi angin bagus bagi Belanda untuk memulai memasuki gelanggang perang yang menguntungkan pihak Belanda karena ada peluang untuk tidak hanya menundukkan pasukan kerajaan Bali-Mataram saja melainkan kemungkinan besar bisa menguasai dua wilayah secara sekaligus yaitu Bali dan Lombok.
Taktik yang digunakan oleh pihak Belanda adalah mengganggu alur impor senjata dari Singapura dengan tujuan agar kekuatan lawan melemah. Senjata dan perlengkapan perang inilah yang menyebabkan armada militer kerajaan Bali-Mataram menjadi lebih unggul dari pasukan Sasak.
Belanda memblokade daerah pesisir pantai sehingga Bali-Mataram tidak bisa lagi mendapatkan pasokan senjata dan perlengkapan perang lainnya dari Singapura. Taktik ini juga memutus komunikasi dengan pusat di Bali yaitu di Karangasem.
baca juga; fakta tentang Bali yang jarang diketahui orang >>>>
Dalam catatan sejarah, pada tanggal 11 Juli tahun 1894 tentara Belanda membentuk ekspedisi militer terbesar di Asia di bawah kepemimpinan Mayor Jenderal P. Van Ham. Ini sempat membuat kondisi memburuk di kubu Bali-Mataram yang selanjutnya tidak mau meladeni Belanda secara frontal. Strategi selanjutnya yang diterapkan adalah menghindari pertempuran terbuka.
Perjalanan sejarah berikutnya, pada tanggal 25 Agustus 1894, pasukan Kerajaan Bali-Mataram melakukan penyergapan ke kamp-kamp militer Belanda dimana penyerangan mendadak ini cukup berhasil dilakukan, lebih dari 500 tentara Belanda tewas termasuk Mayor Jenderal Petrus Van Ham.
Dengan sabar sisa tentara Belanda berdiam diri di daerah pesisir pantai sambil menunggu bala bantuan dari Batavia. Pada tanggal 8 November 1894, dengan perencanaan yang matang, Belanda kembali menyerbu pusat pemerintahan Kerajaan Bali-Mataram di Cakranegara yang menyebabkan Cakranegara jatuh ke tangan Belanda.
Selanjutnya Belanda segera mengalihkan sasaran menuju ke Kerajaan Karangasem di Bali guna menaklukkan kerajaan tersebut. Sejarah berikutnya, yakni pada akhir November 1894, kerajaan Karangasem dikuasai oleh tentara Belanda.
Sejak saat itu hingga abad ke-20 satu per satu kerajaan di Bali dikuasai oleh Belanda. Seperti setelah kerajaan Karangasem menyusul kerajaan Bangli, Gianyar, Tabanan, dan Klungkung. Sedangkan Kerajaan Buleleng dan Jembrana sudah terlebih dahulu ditundukkan oleh Belanda.
lanjut baca; sejarah kerajaan Buleleng >>>>
Sejarah penjajahan tentara Belanda atas Pulau Bali dan Lombok baru berakhir dengan masuknya penjajahan tentara Jepang ke Indonesia yang terjadi pada tahun 1942.
Masa Penjajahan Tentara Jepang Dan Sekutu
Dalam catatan sejarah penjajahan di bumi Nusantara, termasuk di Karangasem, Belanda kalah bisa dikalahkan oleh Jepang, sebagian penduduk Bali mengungsi ke daerah pegunungan karena ketakutan mendengar kabar dari tentara Belanda bahwa tentara Jepang sangat kejam.
Suasana kerajaan Bali termasuk juga Karangasem pada saat itu sangat mencekam yang menyebabkan tentara Jepang membuat propaganda bahwa mereka adalah orang baik-baik yang datang ke Bali bertujuan untuk mengusir Belanda. Ketegangan menjadi sedikit mereda setelah warga mendengar propaganda yang disebarkan oleh orang-orang Jepang.
Namun bukan berarti warga Bali mulai bisa hidup dengan nyaman dan tentram, rasa khawatir masih menyelimuti mereka sehingga untuk melindungi diri dan keluarga, mereka membuat lubang-lubang berupa goa-goa perlindungan yang dikenal dengan istilah bunker.
baca juga; goa Jepang di Klungkung >>>>
Bunker didirikan dimana-mana yang dirasa aman untuk dengan mudah dan cepat berlindung jika sewaktu-waktu ada penyerangan dari sisa-sisa tentara Belanda atau dari tentara Jepang yang sudah menguasai seluruh wilayah Pulau Bali.
Catatan sejarah menyerahnya Belanda secara resmi kepada Jepang, pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, daerah Subang, di Pulau Jawa. Nah sejak itulah pemerintah kolonial Jepang mulai berkuasa di Indonesia termasuk Bali yaitu di Kerajaan Karangasem.
Masa pendudukan Jepang tidak terlalu lama di Indonesia dan pulau-pulau di dalamnya, hanya 3.5 tahun. Sejarah berikutnya adalah Jepang menyerah tanpa syarat kepada tentara Sekutu melalui Konferensi Yalta di Amerika Serikat Dan Inggris pada bulan Agustus 1945. Dimana pada tanggal 6 s/d 9 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Sejarah kerajaan ini berikutnya pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, Kerajaan Karangasem selanjutnya berstatus sebagai Daerah Tingkat II Karangasem di bawah pemerintahan Provinsi Bali, Indonesia.
Daftar Nama Raja-Raja Karangasem
Berikut ini merupakan daftar nama raja-raja Karangasem yang terletak di Pulau Bali, merupakan sebuah pulau yang berlokasi di Kepulauan Nusa Tenggara, Indonesia.
- Gusti Nyoman Karang (1600)
- Anglurah Ketut Karang (anak dari Gusti Nyoman Karang)
- Anglurah Nengah Karangasem (akhir abad ke-17, merupakan anak dari Anglurah Ketut Karang)
- Anglurah Ketut Karangasem (1691 s/d 1692, saudara dari Anglurah Nengah Karangasem)
- Anglurah Made Karang (anak dari Anglurah Nengah Karangasem)
- Gusti Wayahan Karangasem (1730, anak dari Anglurah Ketut Karangasem)
- Anglurah Made Karangasem Sakti (Bagawan Atape Rare, 1730, anak dari Anglurah Made Karang)
- Anglurah Made Karangasem (1730 s/d 1775, anak dari Anglurah Made Karangasem Sakti)
- Gusti Gede Ngurah Karangasem (1775 s/d 1806, cucu dari Anglurah Made Karangasem)
- Gusti Gede Ngurah Lanang (1806 s/d 1822, kemenakan dari Gusti Gede Ngurah Karangasem)
- Gusti Gede Ngurah Pahang (1822, cucu dari Gusti Gede Ngurah Karangasem)
- Gusti Gede Ngurah Lanang (1822 s/d 1837)
- Gusti Bagus Karang (1828 s/d 1839, anak dari Gusti Gede Ngurah Karangasem)
- Gusti Gede Ngurah Karangasem (1838 s/d 1849, kemenakan dari Gusti Bagus Karang)
Sejarah penguasaan raja-raja Karangasem di wilayah Lombok dan Karangasem dimulai dari tahun 1849 s/d 1894.
- Gusti Made Jungutan (Gusti Made Karangasem, 1849 s/d 1850, sebelumnya pernah menjadi punggawa atau pemimpin bawahan)
- Gusti Gede Putu (1850 s/d 1893, kemenakan raja Lombok pada saat itu)
- Gusti Gede Oka (1850 s/d 1890, saudara Gusti Gede Putu)
- Gusti Gede Jelantik (1890 s/d 1916, saudara Gusti Gede Oka)
- Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem (1908 s/d 1966, anak dari Gusti Gede Putu)
Sejarah selanjutnya, Karangasem bergabung dengan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak tahun 1950.
Peninggalan Kerajaan Karangasem Sebagai Objek Wisata
Ada sejumlah bangunan yang merupakan peninggalan sejarah kerajaan, yang sekarang ini terjaga baik. Peninggalan sejarah tersebutpun menjadi hal menarik, dan menjadi objek wisata dan tempat rekreasi yang diminati saat ini. Bagi wisatawan yang sedang liburan di kawasan pariwisata Bali Timur, maka tempat-tempat tersebut wajib menjadi agenda tour selanjutnya.
lanjut baca; tempat rekreasi dan objek wisata di Karangasem >>>>
Dengan adanya peninggalan sejarah puri Karangasem ini, melengkapi daftar tempat wisata di kawasan pariwisata Bali Timur, sehingga daya tarik kawasan ini semakin beragam, tidak hanya pada objek wisata alamnya saja, tetapi suguhan budaya, seni, tradisi dan sejumlah bangunan peninggalan sejarah dari Kerajaan Karangasem tersebut.
1. Objek wisata Puri Agung Karangasem
Puri ini diprediksi dibangun sekitar awal abad ke-19 M, peninggalan sejarah Anak Agung Gede Jelantik. Di samping membangun Puri Agung, terdapat dua buah puri pendamping lainnya yang dibangun di area kerajaan masih mempunyai hubungan erat dengan Puri Agung utama yaitu Puri Gede dan Puri Kertasura.
Puri Agung kerajaan menjadi daya tarik utama dengan desain arsitektur bangunan yang merupakan perpaduan antara desain arsitektur Bali, Cina, dan Eropa. Puri ini memiliki 3 bagian yang ditonjolkan yaitu bagian depan atau entrance disebut bencingah, merupakan tempat untuk menggelar pertunjukan-pertunjukan kesenian tradisional.
Sedangkan di bagian sebelah kanan dan kiri ditujukan sebagai tempat atau ruang untuk menerima tamu. Pada bagian tengah disebut dengan istilah jaba tengah yang berfungsi sebagai area taman yang dipagari oleh dua buah pohon lychee yang rindang dan sangat besar berusia tua sekali.
Bagian dalam taman dimanfaatkan sebagai tempat bercengkerama diantara keluarga kerajaan, diistilahkan dengan nama Maskerdam yaitu berasal dari suku kata Belanda karena pada jaman dulu area ini dibangun atas kerjasama antara Kerajaan Karangasem dengan pemerintahan Belanda.
Di bagian depan istana Maskerdam dibangun bale-bale pemandesan yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk menggelar upacara potong gigi atau tempat penyimpanan sementara jenazah para anggota keluarga puri yang meninggal dunia hingga tiba saatnya melakukan upacara pelebon atau ngaben.
Berdekatan dengan bangunan bale-bale pemandesan ini terdapat kolam pemandian yang berukuran besar dikelilingi oleh patung-patung khas Pulau Dewata yang unik agar lingkungan kolam berkesan alami. Menghadap ke kolam dibuat patung singa bersayap besar yang menambah keasrian lingkungan sekitar.
Sarat akan peninggalan sejarah dan budaya, puri kerajaan Karangasem sekarang ini menjadi tempat unik dan menarik, sehingga Puri ini menjadi destinasi wisata sejarah yang menjadi tujuan tour bagi wisatawan yang liburan ke kawasan Bali Timur.
2. Objek wisata Tirta Gangga
Taman air Tirta Gangga, adalah bagian sejarah dari peninggalan Kerajaan Karangasem dan saat ini menjadi salah satu objek wisata paling populer di kawasan pariwisata Bali Timur. Populernya destinasi wisata ini, membuatnya setiap hari selalu ramai dikunjungi, apalagi ketika liburan hari raya, kunjungan warga lokal akan sangat ramai di objek wisata Tirta Gangga ini.
Kawasan wisata Tirta Gangga merupakan area bekas tempat pemandian untuk keluarga kerajaan, sejarah dibangun taman air ini pada masa pemerintahan raja Anglurah Ketut Karangasem. Taman air kerajaan Karangasem ini dibangun sekitar awal tahun 1948 yang memiliki bentuk arsitektur unik yaitu mengusung perpaduan desain arsitektur bergaya Bali dan Cina.
Disebut-sebut sebagai istana air karena lingkungannya adalah berupa kolam air yang berukuran sangat luas dan tidak pernah kering di sepanjang tahun. Air selalu mengalir ke dalam kolam yang berasal dari perbukitan di kawasan timur Pulau Bali. Taman kerajaan ini terletak sekitar 83 km dari Kota Denpasar atau 6 km utara Kota Amlapura.
Saat ini istana air Tirta Gangga merupakan labirin kolam dan air mancur yang di sekitarnya dikelilingi oleh taman nan asri serta patung-patung khas Pulau Dewata. Dimana pada tahun 1963, daerah sekitar Tirta Gangga dibentuk menjadi teras-teras sawah yang dari kejauhan terlihat sangat indah.
Maka dari itu sangat cocok difungsikan sebagai spot wisata untuk sekadar melepas lelah, menghirup udara segar alam pedesaan, sambil melihat-lihat peninggalan sejarah dari kerajaan Karangasem yang jaya di masa lampau. Ideal untuk tempat rekreasi keluarga dan anak-anak.
Peninggalan sejarah kerajaan, Istana Tirta Gangga memanjang dari timur menuju ke arah barat dimana di dalamnya terdapat 3 tingkatan bangunan yaitu pada bangunan tertinggi terdapat mata air yang berada di bawah sebatang pohon beringin besar. Bangunan kedua terdapat kolam renang dan bangunan paling bawah terdapat kolam ikan hias dengan air mancur.
Menuju ke taman yang terbentang asri dibangun kompleks candi yang berdiri dengan anggun di sisi kanan dari kolam ikan. Di dalam kolam anda akan melihat ikan-ikan hias berenang dengan sangat jinak terlihat jelas dalam air kolam yang sangat jernih dimana anda bisa melihat dasar kolam.
3. Objek wisata Taman Sukasada Ujung
Taman peninggalan sejarah kerajaan ini terletak di Ujung ini populer dengan sebutan Taman Sukasada. Pninggalan sejarah ini terjaga dengan baik, dan saat ini difungsikan sebagai objek wisata sejarah dan budaya, dengan taman-taman cantik dan indah. Mengagendakan tour ke kawasan pariwisata Bali Timur, maka objek wisata Taman Ujung ini menjadi tujuan tour wajib.
Taman indah peninggalan sejarah kerajaan ini sering dimanfaatkan oleh fotografer profesional dari berbagai negara untuk melakukan foto-foto pre wedding. Taman Ujung Karangasem atau Taman Sukasada, selain sebagai tujuan wisata juga menjadi salah satu tempat favorit calon pengantin guna melakukan foto-foto pre wedding.
Lokasi taman sejarah kerajaan ini berada di banjar Ujung, desa Tumbu, kabupaten Karangasem di Bali. Letaknya cukup jauh dari kota Denpasar, dimana jika anda menggunakan mobil dari arah kota Denpasar maka akan membutuhkan waktu sekitar dua jam perjalanan.
Kelebihan taman ini apabila anda bandingkan dengan objek wisata alam sejenis di tempat lain adalah di sini anda bisa melihat secara langsung peninggalan bangun sejarah kerajaan, yang diginakan sebagai taman kerajaan Karangasem pada masa tempo dulu yang hingga saat ini masih terjaga keasliannya.
Tempat peninggalan sejarah kerajaan ini memang saat ini menjadi tujuan tour populer di kawasan pariwisata Bali Timur.
* dikutip dari berbagai sumber
Leave a Reply