Sejarah Letusan Gunung Agung

Pulau Dewata Bali memiliki sejumlah gunung dan dua di antaranya adalah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung, sebagai daerah tujuan wisata kedua gunung tersebut menjadi tujuan wisata alam petualangan mendaki yang populer, alam Bali yang indah akan lebih sempurna lagi jika anda bisa menikmatinya dari pusat ketinggian apalagi sambil melihat suguhan matahari terbit atau sunrise. Sebagai gunung berapai aktif tentunya meninggalkan sejarah kelam saat gunung tersebut meletus yang pernah memakan korban jiwa.

lanjut baca; tempat wisata sunrise di pulau Bali >>>>

Seperti halnya Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, sebuah gunung tertinggi di pulau Bali dengan ketinggian 3.142 mdpl, bahkan karena pernah terjadi letusan dahsyat, tingginya menjadi menurun ke 3.044 mdpl serta membentuk kawah berdiameter 500 meter. Sejarah Gunung Agung di Karangasem meletus, tercatat telah mengalami 4 kali letusan, mulai meletus pertama di tahun 1808, kemudian di tahun 1821, 1843 dan tahun 1963. Letusan yang keempat dan mudah-mudahan terakhir di tahun 1963 ini, terjadi setelah 120 tahun gunung tersebut tidur panjang, dan pada letusan tersebut tergolong yang banyak memakan korban jiwa.

Sejarah Letusan Gunung Agung

Kini 54 tahun kemudian, Gunung Agung Karangasem kembali menunjukkan aktivasnya, dan pada tanggal 24 September 2017, status aktivitas Gunung Agung ditetapkan di Level IV atau awas sebuah level tertinggi untuk aktivitas gunung berapi, serta informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dinyatakan kumpulan magma sudah berada sekitar 2 km dari bawah gunung, ini menandakan gunung tersebut menunggu erupsi saja, dan mudah-mudahan sejarah kelam masa lalu tidak akan terjadi lagi.

lanjut baca; Gunung Agung tempat suci agama Hindu di Bali >>>>

Gunung Agung Karangasem sendiri menjadi salah satu tempat suci yang disakralkan oleh umat Hindu dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan stana dari Bathara Mahadewa atau Hyang Tolangkir, sehingga tentunya jika berkunjung atau mendaki menuju ke puncak tertinggi di Bali tersebut, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetap memperhatikan aturan atau bahkan larangan yang diberlakukan seperti tidak boleh membawa makanan dari daging sapi, wanita yang sedang datang bulan tidak boleh mendaki, untuk pengambilan air hanya boleh dengan doa-doa khusus dan tidak boleh melakukan perbuatan tercela. Untuk itulah mendaki Gunung Agung tersebut harus menggunakan guide lokal.

Dan dari berbagai sumber, berikut sejarah Gunung Agung tersebut meletus

  1. Letusan tahun 1808
    Letusan Gunung Agung di tahun ini menyisakan jejak-jejak sejarah seperti adanya bukit-bukit batu di wilayah Kabupaten Karangasem, karena pada saat meletus menyemburkan material berupa batu apung dan abu dalam jumlah yang besar, sehingga mengubah bentuk topografi di beberapa wilayah Karangasem.
  2. Letusan tahun 1821
    Aktivitas Gunung Agung Karangasem yang meletus tahun 1821, merupakan lanjutan dari aktivitas erupsi pada letusan Gunung Agung yang pertama di tahun 1808, letusan gunung tergolong letusan normal, letusan pada tahun ini tidak didokumentasikan dengan baik sehingga data pendukungnya kurang lengkap.
  3. Letusan tahun 1843
    Gunung Agung di Karangasem meletus pada saat tersebut, dimulai dengan aktivitas vulkanologi seperti gempa vulkanik yang terus-menerus kemudian barulah meletus dengan semburan material abu, batu apung dan juga pasir. Kemudian berturut-turut di tahun 1908, 1915, dan 1917 terjadi fumarola yaitu sebuah fenomena yang mana gas dan uap membumbung disertai dengan suara.
  4. Letusan tahun 1963
    Letusan kali ini tergolong paling dahsyat, setelah dalam 120 tahun dalam tidur panjangnya, aktivitasnya mulai 18 Februari 1963, letusan Gunung Agung kembali memuntahkan material berupa pasir, batu apung dan abu vulkanik disertai dengan awan panas yang menjangkau sampai 70 km persegi. Tercatat 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka-luka.

Begitulah sejarah yang mencatat akan letusan Gunung Agung di Karangasem, dan sekarang pada bulan September 2017, aktivitas gunung terpantau semakin meninggi dan diperkirakan akan meletus, untuk itulah penduduk disekitar jangkauan erupsi Gunung Agung sudah mulai diungsikan. Dipasang juga sejumlah alat pendeteksi gunung meletus untuk antisipasi jika masih ada warga di kawasan bencana bisa menyelamatkan diri dengan cepat.

baca juga; tanda-tanda gunung akan meletus >>>>

Selain dipasang peralatan modern yang bisa mendeteksi akan terjadinya sebuah letusan Gunung Agung, masyarakat setempat dan sejumlah toko agama akan melihat tanda-tanda gaib (niskala) sebelum gunung tersebut erupsi atau meletus, seperti mendengar suara gamelan beleganjur sebelum erupsi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top