Sejarah Perang Puputan Badung

Sekilas sejarah tentang perang puputan Badung kami kemas dan rangkum dalam halaman ini, untuk memberikan sedikit gambaran yang terjadi pada ratusan tahun silam, perang puputan Badung adalah peristiwa heroik rakyat Bali terutama dari kerajaan Badung yang bertempur sampai titik darah penghabisan atau puputan dan habis-habisan untuk melawan penjajah Belanda, peristiwa bersejarah tersebut berlangsung di tahun 1906, adapun asal mula perang yang berkecamuk sengit tersebut adalah hal sepele yang sengaja dibesar-besarkan pihak Belanda, agar ada alasan yang tepat untuk menyerang kerajaan Badung.

Sejarah Perang Puputan Badung

pict; via https://eramadani.com

Puputan berasal dari kata “puput” yang artinya selesai, habis atau mati. Puputan adalah tradisi masyarakat Bali dalam perang, yang pantang menyerah kepada musuh dan melakukan perlawanan sampai habis-habisan, dengan mati secara terhormat demi tumpah darah tercinta, bahkan sampai rela mati bunuh diri daripada menyerah kepada musuh. Peristiwa perang puputan terjadi di beberapa tempat di Bali diantaranya perang puputan Badung, perang puputan Jagaraga, perang puputan Klungkung dan juga terjadi pada masa kemerdekaan RI di tahun 1946 yakni perang puputan Margarana yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai dalam melawan kolonial Belanda.

Sejarah perang Puputan Badung

Peristiwa pertempuran sengit perang puputan Badung yang dipimpin oleh raja Badung yakni I Gusti Ngurah Denpasar berlangsung pada tanggal 20 September 1906. sebelum peristiwa tersebut terjadi, berawal dari terdamparnya perahu dagang bernama Sri Komala pada tanggal 27 Mei 1904 di pantai Sanur, sebelah Timur kerajaan Badung, sebuah kapal berbendera Belanda berlayar dari Banjarmasin yang mengangkut barang milik saudagar Cina bernama Kwee Tek Tjiang. Dan karena terdampar maka mereka melakukan bongkar muat di pantai Sanur ini, agar barang-barang bisa diselamatkan, dan nakhoda kapal minta bantuan kepada pihak syahbandar Sanur agar barang-barang mereka aman dan terjaga dengan baik.

Seperti yang dilaporkan oleh Kwee Tek Tjiang, semua barang sudah diturunkan, dipastikan sama dan sesuai jumlahnya dengan laporan, proses evakuasi barang tersebut dibantu oleh 11 pekerja. Kemudian 2 hari berikutnya utusan raja Badung melakukan pengecekan ke Sanur ke perahu yang terdampar. Dan pada saat itulah Kwee Tek Tjiang membuat laporan palsu kepada utusan raja Badung, dan inilah sebab kenapa sampai perang puputan badung terjadi. Pedagang Cina tersebut melaporkan bahwa uang sebesar 700 ringgit uang perak, serta 2300 uang kepeng telah dicuri oleh seseorang.

baca juga; sejarah kerajaan Bali Kuno >>>>

Kwee Tek Tjiang telah menuduh seseorang mencuri uangnya, tapi tentunya utusan raja Badung tidak menerima begitu saja tuduhan tersebut, merasa tidak puas Kwee Tek Tjiang langsung menghadap raja Badung, bahkan saudagar Cina ini juga meminta langsung uang ganti rugi sebesar 3000 ringgit kepada raja Badung. rakyat sendiri melakukan sumpah untuk menyatakan kejujuranya dan tidak ada mencuri uang ataupun kapal dari pedagang Cian tersebut, dan raja Badung juga yakin kalau apa yang dituduhkan kepada rakyatnya hanya sebuah tipu muslihat saja.

Pada saat itu seorang jendral bernama Van Heutsz diangkat menjadi gubernur Jendral Hindia Belanda, yang memiliki cita-cita menguasai seluruh Nusantara dan menjadi satu kesatuan atas nama pemerintah Belanda yang berkedudukan di Batavia, namun pandangan tersebut bertentangan dengan pandangan di sejumlah wilayah Hindia Belanda, termasuk juga Bali, karena Bali menganut pemerintahan kerajaan yang sudah sesuai kesepakatan yang dibuat antara kerajaan di Bali dengan pemerintah Hindia Belanda di tahun 1849, perjanjian tersebut masih dihormati dan dilaksanakan.

baca juga; Bali tempo dulu >>>>

Dan dalam hal ini Van Heutsz tidak sepaham dan menganggap tidak terjadi keseragaman, dengan cara pandang berbeda tersebut Van Heutsz sangat berambisi untuk mengambil wilayah kerajaan di Bali secara penuh. Dan masalah inipun dibesar-besarkan, keyakinan raja dan rakyatnya yang tidak mengakui tuduhan saudagar Cian tersebut dianggap menodai kewibawaan kolonial Belanda dan dipandang berbahaya akan kedudukan Belanda di Bali. Akhirnya pihak residen Belanda di Bali menetapkan raja Badung untuk tetap ganti rugi atau denda sebesar 3000 ringgit.

Raja Badung saat itu yakni I Gusti Ngurah Made Agung, yang merasa yakin akan kejujuran rakyatnya tetap berpegang teguh dengan pendiriannya, walaupun di ultimatum, jika dalam batas waktu 9 januari 1905 tidak dipenuhi akan dilakukan blokade ekonomi. Akhirnya kolonial Belanda mengirim kapal angkatan laut untuk memblokade dermaga, sehingga pihak kerajaan mengalami banyak kerugian dari pemasukan dermaga karena blokade tersebut, bahkan kolonial Belanda semakin sering melakukan patroli karena raja Badung tetap kukuh tidak mau ganti rugi atau bayar denda.

Ketegangan popiltikpun semakin meningkat antara raja Badung dengan kolonial Belanda, bahkan belanda menambah biaya ganti rugi menjadi 5.173 ringgit, ini dikarenakan biaya blokade untuk kapal laut yang dilakukan oleh pihak kolonial Belanda, dan memberikan ultimatum sampai 1 September 1906 dan mengancam akan melakukan tindakan militer. Dan ancaman tersebut tidak lantas mengubah pendirian raja Badung, bahkan raja Badung sudah siap dengan segala resiko yang mungkin terjadi untuk membela harga diri dan kedaulatan kerajaan.

Akhirnya Gubernur Hindi Belanda di Batavia mengirim ekspedisi militer dan sampai di selat Badung pada tanggal 12 September 1906, dan pabean Sanur dikuasai untuk tempat pertahanan. Kemudian utusan dikirim agar raja Badung dan raja Tabanan yang mendukung Badung agar menyerah. Ultimatum tersebutpun ditolak tegas. Akhirnya pertempuran hebat terjadi pada tanggal 15 september 1906 di desa Sanur, banyak korban yang terjadi di kedua belah pihak, dari laskar kerajaan badung sendiri tercatat 33 orang gugur di medan laga dan beberapa terluka.

Puncak dari perang Puputan Badung tersebut adalah pada tanggal 20 September 2019, pasukan Belanda bergerak ke arah barat dan menembakkan meriamnya ke arah puri Pemecutan dan Denpasar, sehingga menimbulkan kerusakan parah. Raja I Gusti Ngurah Made Agung bersama pengikut setianya, rombongan ke luar puri dan semua membawa senjata baik itu tombak dan keris, termasuk juga anak-anak. Raja bersama pasukan dan rakyat akhirnya bertempur sampai habis-habisan melawan pasukan Belanda, perlawanan yang tidak seimbang ini membuat pasukan kerajaan mengalami kekalahan dan raja sendiri gugur di medan perang.

Monumen Puputan Badung di Denpasar

Fakta sejarah perang puputan Badung, adalah cermin perlawanan raja dan rakyat dalam menjaga setiap jengkal tanah kelahiran, mereka benar-benar pasukan berani mati yang tulus dan sepakat melakukan keputusan untuk perang puputan melawan keserakahan dan kezaliman penjajah Belanda. Peristiwa perang puputan Badung tanggal 20 september 1906, selalu dikenang di hati rakyat dan dicatat dalam perjalanan sejarah Bali.

lanjut baca; monumen puputan Badung di kota Denpasar >>>> 

Kini tempat perang puputan Badung tersebut berlangsung menjadi alun-alun , dan dikenal dengan lapangan puputan Badung, sebuah monumen di sebelah utara dikenal dengan monumen Puputan Badung, di atas monumen terdapat 2 orang patung dewasa dengan memegang tombak dan keris beserta 1 orang anak.

Kemudian pada tanggal 10 September 2009 melalui SK walikota thn 2009, lapangan tempat berdirinya monumen Puputan Badung tersebut diberikan nama Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung. Sekaligus untuk mengenang perjuangan Raja Badung dan rakyatnya yang melakukan perang puputan. Alamat dan lokasi monumen Puputan Badung di jalan Surapati, Denpasar di simpang Catur Muka di tengah kota Denpasar.

*dikutip dari berbagai sumber, http://puriagungdenpasar.com/sejarah-2/puputan-badung/

Bali Tours Club menyediakan banyak informasi tentang pulau Dewata Bali, terutama untuk layanan wisata tour di Bali, sewa mobil dan juga sewa bus pariwisata. Melengkapi liburan anda di Bali ditawarkan juga sejumlah wisata petualangan seperti, rekreasi rafting, kapal selam Odyssey Submarine Bali, cruise, wisata naik unta dan permainan watersport, layanan tiket fast boat atau speed boat juga disediakan seperti tiket speed boat ke Nusa Lembonmgan, Nusa Penida dan fast boat ke Gili Trawangan Lombok.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top