Pura Luhur Uluwatu tentu tidak asing lagi bagi anda, apalagi di kalangan warga lokal, tempat indah dan cantik ini selalu menjadi perhatian banyak orang, keberadaan pura di atas tebing dengan latar belakang sunset dan samudera Hindia tentu menjadi pemandangan spektakuler yang selalu diincar oleh wisatawan, apalagi suguhan tari Kecak yang digelar menjelang matahari terbenam, menambah lengkapnya daya tarik objek wisata di Bali ini. Namun demikian belum semua orang tahu tentang latar belakang ataupun kisah sejarah Pura Luhur Uluwatu ini, tempatnya bertengger di atas tebing bukit tinggi sangat unik, ikonik dan fenomenal.
Sejarah pura Uluwatu cukup penting juga untuk diketahui bagi warga Hindu Bali, memahami peninggalan sejarah dan budaya masa lampau, sehingga bisa menjaga kelestarian peninggalan masa lampau tersebut dengan baik, dan bisa mengamalkan ajaran-ajaran agama, dengan mengetahui latar belakang sejarah tersebut, bisa memahami bagaimana perjuangan para pendahulu seperti para Rsi dalam mendirikan tempat suci yang lokasinya di atas bukit yang memiliki aura kesucian dan susah dijangkau, bisa menjadi kisah inspiratif. Pura terletak di desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Sejarah Pura Luhur Uluwatu dan Mpu Kuturan
Pura Uluwatu adalah sebuah pura kuno di Bali, latar belakang sejarah berdirinya pura Luhur Uluwatu ini, walaupun tidak diketahui secara jelas kapan dibangun, tetapi diperkirakan dibangun pada masa kerajaan suami istri Sri Msula-Masuli sekitar abad ke-9, dibangun oleh Mpu Kuturan atau dengan gelar Mpu Rajakreta. Mpu Kuturan adalah seorang pendeta Budha yang berasal dari desa Girah di Jawa Timur, beliau datang ke Bali karena dorongan untuk mengajarkan dharma dan agama, sangat berjasa dalam menyatukan sekte-sekte yang ada di Bali, sehingga terwujudlah pura Kahyangan Tiga, manifestasi Tuhan sebagai dewa Tri Murti dan sanggah Kembulan.
Sejarah berdirinya pura Luhur Uluwatu, berkaitan dengan peninggalan kuno atau bentuk fisik dari pura tersebut, seperti candi kurung atau kori gelung agung di pelataran pura yang membatasi halaman pura, menjadi ciri bahwa pura ini adalah peninggalan purbakala, bentuk fisik tersebut mengisyaratkan pura tersebut sudah ada sebelum Mpu Kuturan datang ke Bali. Namun belum ditemukan adanya prasasti yang menyebutkan angka tahun pasti berdirinya Pura Luhur Uluwatu, karena beberapa sumber mengatakan pura ini dibangun atas anjuran Mpu Kuturan.
Pura Luhur Uluwatu menempati jajaran penting pura di Bali sebagai Kahyangan Jagat, dikenal sebagai salah satu dari Padma Bhuwana dan Pura Sad Kahyangan yang menjadi pilar-pilar pulau Bali, Sad Kahyangan tersebut diantaranya pura Besakih terletak di Kabupaten Karangasem, Lempuyang Luhur di Karangasem, Batukaru di Tabanan, Gua Lawah di Klungkung, Uluwatu di Badung dan Pura Puser Tasik atau Pusering Jagat di Gianyar. Pura Uluwatu menempati arah Barat Daya yang berstana di sini adalah Dewa Siwa Rudra. Pujawali atau odalan di pura Uluwatu digelar pada hari Anggara Kliwon (Anggarkasih) Madangsia setiap 210 hari sekali (6 bulan kalender Bali).
Dari segi geografis, pura Uluwatu terletak di atas bukit kapur dengan ketinggian sekitar 97 meter di atas permukaan laut. Memasuki areal pura, anda harus menapaki puluhan anak tangga, pelinggih pertama yang dijumpai adalah pelinggih Dalem Bajurit di halaman jaba sisi, yang merupakan pura Pesanakan Uluwatu dan pengembangan pada jaman Dang Hyang Nirarta, terletak pada sisi sebelah kiri di pura Dalem Bajurit ini terdapat 3 buah tugu Tri Murti yaitu patung Brahma, Ratu Bagus Dalem Jurit (perwujuan Siwa Rudra) dan Wisnu.
Memasuki areal lebih dalam terdapat yaitu di jaba tengah (halaman kedua) terdapat sebuah bak air yang selalu berisi air, bahkan pada musim kering sekalipun, walaupun terletak di dataran tinggi, sebuah keajaiban alam atas kehendak Tuhan, sehingga bak air tersebut dikeramatkan, sebagai tempat sumber air suci (tirta). Halaman utama (jeroan) pura terletak paling ujung terdapat sebuah meru tumpang tiga yang biasanya disaksikan dari kejauhan oleh wisatawan, tempat ini (halaman utama) dan halaman ke dua (jaba Tengah) tidak diperbolehkan wisatawan masuk ke dalam kecuali warga yang akan bersembahyang.
Antara halaman kedua menuju halaman utama di pura Bali kuno ini terdapat Candi Kurung Padu raksa didesain bersayap, bentuk candi tersebut menyerupai candi bersayap yang ada di Jawa Timur, sebuah peninggalan kuno di Sendang Duwur dengan candrasangkala, bentuk candi juga memiliki kesamaan dengan candi kurung bersayap yang ada di pura Sakenan.
Sejarah Pura Luhur Uluwatu dan Dang Hyang Nirarta
Dikisahkan juga puru Luhur Uluwatu merupakan tempat moksanya Dang Hyang Nirarta atau Dang Hyang Dwijendra. Pendeta kerajaan Gelgel pada masa Dalem Waturenggong, yang juga berasal dari tanah Jawa ini, melakukan tapa brata di pura Uluwatu. Namun sebelum beliau moksa di tempat ini, beliau memiliki pustaka suci yang akan diberikan kepada putranya yang bernama Empu Mas yang berada di desa Mas. Kemudian Dang Hyang Nirarta minta tolong kepada seorang nelayan bernama Ki Pasek Nambangan untuk membawa pustaka suci tersebut kepada Empu Mas. Setelah waktunya tiba Dang Hyang Nirarta melakukan tapa yoga semadi dan akhirnya moksa kembali ke surga tanpa meninggalkan jasad.
Demikian sedikit cuplikan atau sejarah singkat tentang pura Luhur Uluwatu, yang tentunya jauh dari sempurna, saran dan kritik dari anda sangat bermanfaat untuk melengkapi sejarah tersebut di atas, sehingga bisa memberikan informasi yang tepat kepada pembaca atau generasi penerus kita. Pura kuno di Bali ini sekarang menjadi destinasi wisata dan tujuan tour paling hits dan populer di pulau Bali.
*dikutip dari berbagai sumber.
Leave a Reply