Ubud begitu populer sebagai tujuan liburan dan wisata, bahkan berkembang menjadi pusat pariwisata di Bali. Hampir setiap wisatawan yang merencanakan apalagi sedang liburan di Bali, menjadikan Ubud yang berlokasi di kabupaten Gianyar ini sebagai tujuan wisata dan tour favorit pilihan mereka.
Di luar kepopuleran Ubud, tahukah anda akan sejarah Ubud yang berhubungan dengan masa tempo dulu dari jaman Bali kuno, yang berkaitan dengan jaman kerajaan, jaman penjajahan Belanda dan akhirnya berkembang menjadi salah satu pusat pariwisata di Bali sampai sekarang ini.
Tentu bagi sebagian orang yang suka akan sejarah masa lalu suatu tempat, apalagi sekarang menjadi tempat yang populer, maka sejarah Ubud cukup penting untuk diketahui.
Dalam sejarah perkembangan Ubud, kawasan ini berkembang juga menjadi pusat seni di Bali, termasuk suguhan budaya Bali yang kental.
Sehingga wisatawan yang jenuh akan hingar-bingar di kota-kota besar, maka Ubud di Gianyar ini akan memberikan pilihan berbeda untuk mereka, sebuah tempat spesial yang akan memberikan pengalaman liburan baru.
Berada di sini, anda akan bisa menikmati suasana alam cantik dengan balutan budaya lokal yang kental, serta berbagai suguhan seni, seperti seni tari, musik tradisional Bali, seni ukir dan juga seni lukis, termasuk situs yang berhubungan dengan sejarah masa lalu Ubud.
Sejarah Rsi Markandeya di Ubud
Seperti catatan sejarah Bali kuno yang ditemukan pada lontar-lontar kuno, sejarah Ubud berkaitan juga dengan seorang tokoh Hindu yang berasal dari India, seorang maha yogi bernama Rsi Markandeya datang ke Bali pada abad ke-8.
Beliau dapat pewisik (wangsit) untuk datang ke Bali yang mana sebelum tiba di Bali, Maha Rsi berada di Jawa beliau bertapa di Gunung Dieng Jawa Tengah, kemudian ke di Gunung Rawung Jawa timur, setelah beliau mendapat pewisik, baru kemudian datang ke Bali.
Mulailah datang dengan pengikutnya ke Bali menuju lereng Gunung Agung untuk merambah hutan, dengan berbagai rintangan, sampai akhirnya ditanam 5 jenis logam (Panca Dathu) yang juga menjadi sejarah awal pembangunan Pura Besakih, yang sekarang merupakan pura terbesar di Bali.
baca juga: sejarah Pura Besakih >>>>
Dalam perjalanan sejarah Rsi Markandeya di Bali, beliau memang membangun sejumlah pura, sempat juga singgah di kawasan Ubud, tepatnya di daerah Campuhan.
Sang Rsi merasakan energi spiritual yang kuat di kawasan Campuhan ini, yang mana sekarang di sini berdiri Pura Gunung Lebah yang dibelakang pura tersebut ada sebuah bukit kecil, masuk dalam kawasan suci Gunung Lebah, tempat tersebut adalah Bukit Campuhan yang sekarang menjadi objek wisata di wilayah Ubud.
Kawasan ini sampai sekarang menjadi kawasan suci dan diyakini memiliki aura spiritual yang kuat, dan menjadi salah satu pura kuno di Bali.
Rsi Markandeya mengenalkan sistem pengairan di wilayah Ubud, kontur tanah miring ini sangat ideal untuk persawahan berundak, dengan sistem pengairan yang tepat, membuat kawasan ini banyak ditemukan sawah terasering.
Sekarang sawah berundak tersebut berkembang menjadi tujuan wisata, menyuguhkan panorama cantik, seperti yang anda temukan di kawasan Tegalalang, Gianyar.
Dikembangkan sebagai wilayah pertanian, kawasan ini juga ditanami bahan-bahan untuk obat (ubad), sebagai bahan pengobatan tradisional. Ubad (obat) tersebut diperkirakan asal dari nama “Ubud” yang kita kenal sampai sekarang ini.
Sejarah Ubud pada jaman Kerajaan
Keberadaan Ubud berkaitan juga dengan sejarah runtuhnya kerajaan Majapahit, yang mana pada saat runtuhnya kerajaan tersebut di abad ke-15, para bangsawan kerajaan berbondong-bondong eksodus ke wilayah Timur yaitu ke pulau Bali.
Kerajaan Gelgel adalah tempat bagi para bangsawan kerajaan Majapahit untuk berlindung. Para bangsawan ini juga sangat mempengaruhi budaya masyarakat Bali, terutama sistem kasta yang masih cukup kental bahkan sampai saat ini.
Kemudian pada abad ke-17 mulailah banyak berdiri kerajaan di Bali, termasuk juga ke wilayah Ubud, di kawasan ini dibangun rumah para bangsawan yang dikenal dengan nama puri.
baca juga: wisata Budaya Bali >>>>
Berawal dari pembangunan istana di Sukawati, yang mana pada saat tersebut raja Gelgel Klungkung mengirim seorang pangeran untuk membangun istana di Sukawati.
Istana tersebut dibangun untuk membawahi wilayah Gianyar, istana Sukawati dibangun dengan arsitektur seni yang tinggi, banyak seniman di Bali yang didatangkan untuk membangun istana tersebut.
Setelah istana tersebut selesai, para seniman tersebutpun banyak yang tinggal dan menetap di wilayah ini, sehingga tidak mengherankan sampai saat ini Sukawati dikenal menjadi salah satu pusat seni di Bali, baik itu seni patung, seni lukis, seni tari bahkan seni musik tradisional Bali.
Setelah istana Sukawati berhasil dibangun, maka pada abad ke 17 raja Sukawati mengirim prajurit ke wilayah Ubud, tujuannya untuk meredakan konflik yang sering muncul di kawasan ini.
Konflik tersebut terjadi antara 2 orang sepupu, yang satu berada wilayah Taman Ubud dan satunya di Padang Tegal. Peperangan sering terjadi antara kedua sepupu tersebut, untuk itulah raja Sukawati berinisiatif untuk mengamankan kawasan tersebut dengan mengirim prajurit.
Untuk menjaga keamanan tersebut maka dikirim juga saudara raja yaitu Tjokorde Tangkeban ke wilayah Sambahan Ubud dan Tjokorde Ngurah Tabanan yang dikirim ke wilayah Peliatan.
baca juga: pasar seni Sukawati >>>>
Kedua saudara raja Sukawati membangun istana dan kerajaan di kedua wilayah tersebut dengan tujuan mengamankan wilayah di sana. Pada saat Tjokorde Ngurah Tabanan yang membangun kerajaan di Peliatan dibantu juga oleh kerajaan Mengwi, termasuk membawa rakyat Mengwi untuk menetap di kawasan tersebut.
Dengan bertambahnya penduduk, tentunya juga akan membangkitkan perekonomian di sini. Banyaknya muncul kerajaan, muncul juga masalah baru, banyak raja yang memperluas daerah kekuasaannya, sehingga sering terjadi perselisihan bahkan peperangan antar raja di Bali.
Sejarah Ubud pada jaman penjajahan Belanda
Sejarah baru muncul di Bali, ini dikarenakan pada abad ke 19 Belanda mulai masuk ke Bali, melihat hal tersebut, kerajaan Mengwi merasa tidak terima atas kehadiran mereka yang tujuannya melakukan penjajahan.
Dengan politik adu domba Belanda, mampu memprovokasi musuh-musuh lama kerajaan Mengwi untuk bangkit kembali menyerang Mengwi, politik tersebutpun berhasil, mereka bergabung dan beraliansi untuk menyerang kerajaan Mengwi.
Karena diserang banyak musuh dan pasukan Mengwi kalah kuat, maka kerajaan Mengwi bisa dikalahkan oleh pasukan aliansi Belanda, sehingga wilayah kerajaan Mengwi dibagi-bagi oleh penyerang tersebut.
lanjut baca: pura Taman Ayun Mengwi >>>>
Keberhasilan Belanda dalam politik di Bali dengan memecah belah kerajaan-kerajaan yang ada, membuat Belanda semakin mudah untuk mengalahkan kerajaan yang ada.
Belanda mulai menyerang kerajaan Buleleng, kerajaan badung termasuk juga kerajaan Klungkung. Bahkan pertempuran sengit pernah terjadi, peristiwa heroik tersebut dikenal dengan perang Puputan.
Perjalanan sejarah berikutnya pemerintahan Tjokorde Gede Raka Sukawati, menjadikan Ubud sebagai wilayah cabang dari Sukawati, kemudian di tahun 1981 Ubud ditetapkan sebagai wilayah Kecamatan di Kabupaten Gianyar.
Sejarah Ubud sebagai pusat pariwisata di Bali
Seperti yang kita kenal saat ini, Ubud adalah salah satu pusat pariwisata di Bali, sejarah awal dari kunjungan wisatawan ke kawasan ini yaitu pada awal tahun 1930.
Sejarah perkembangan pariwisata ini tidak terlepas dari kemampuan Tjokorde Gede Agung Sukawati yang memerintah Ubud dalam komunikasi dengan bahasa asing terutama bahasa Inggris dan Belanda.
Tidak itu saja Tjokorde Gede Agung Sukawati yang juga saudara Raja Sukawati ini memiliki kemampuan bisnis pariwisata terutama membangun penginapan/guest house untuk disewakan kepada wisatawan yang menginap di Ubud, sehingga mereka yang akan liburan dan datang menyaksikan keindahan Ubud bisa diakomodasi dengan baik.
baca juga: objek wisata Ubud >>>>
Raja Sukawati yang merupakan kakak dari raja Ubud, juga memegang peranan penting dalam perkembangan pariwisata, beliau adalah pecinta seni dan mengundang pelukis asing kelahiran Jerman yaitu Walter Spiers untuk tinggal dan melukis di Ubud.
Tinggalnya seniman tersebut, mempengaruhi seniman lukis asing lainnya untuk datang ke Ubud untuk melukis. Bagaimana keindahan, ketenangan serta budaya lokal dilukis, hasil karya tentang keindahan alam Ubud tersebut dikenal di mancanegara, sehingga menjadikannya sebagai tujuan wisata dunia sampai saat ini.
Kemudian di awal tahun 1936 dengan diprakarsai oleh raja Ubud yaitu Tjokorde Gede Agung Sukawati, Walter Spies, I Gusti Nyoman Lempad dan Rudolf Bonet membentuk perkumpulan pelukis Bali yang dinamakan Pita Maha.
Sebuah wadah seni yang bermula dari seni lukis klasik tradisional dengan sentuhan gaya Barat, sehingga memiliki gaya dan corak tersendiri.
Asosiasi pelukis Pita Maha tujuannya tentu untuk mengumpulkan seniman Bali, kemudian mengajar seni kepada warga Ubud. Sehingga tidak mengherankan Ubud sebagai pusat seni lukis di Bali, sehingga banyak memiliki museum dan juga galery seni lukis.
baca juga: museum Puri Lukisan di Bali >>>>
Puri tempat tinggal Tjokorde Gede Agung Sukawati yang merupakan raja Ubud ini dinamakan Puri Saren Agung atau dikenal dengan Puri Ubud, saat ini Puri Saren Agung menjadi salah satu objek wisata warisan sejarah masa lalu yang masih terjaga dengan baik.
Tempat ini begitu menarik, menyajikan peninggalan budaya Bali masa lalu dan juga setiap malam di Puri Ubud dipentaskan seni tari Bali, salah satunya adalah Tari Barong, berbeda halnya tari Barong di Batubulan ataupun Kesiman Denpasar dipentaskan pada pagi harinya.
Ubud berkembang menjadi pusat pariwisata Bali yang populer, menawarkan beragam aktifitas dan objek wisata yang bisa dikunjungi saat menyusun itinerary tour di pulau DEwata Bali.
* Dirangkum dari berbagai sumber.
Leave a Reply