Bali kaya akan berbagai jenis seni, salah satunya tari tradisional Bali, seni yang satu ini memang sangat menarik beberapa diantaranya menjadi hiburan yang dipentaskan setiap hari untuk dinikmati keindahannya, seperti tari Kecak, Barong dan Legong. Ketiga tarian tradisional tersebut tentunya memiliki karakter yang berbeda.
lanjut baca; tari Kecak di Uluwatu >>>>
Seperti tari tradisional Kecak menggunakan paduan suara “cak” penarinya, Tari Barong menggunakan media topeng menampilkan hewan seperti singa yang dimainkan oleh dua orang penari dan tari Legong ditarikan oleh 2-3 orang penari dengan gerakan yang lemah gemulai, lentur dan luwes. Salah satu jenis dari tarian ini adalah tari Legong Keraton.
Pict: https://nimadesriandani.wordpress.com/
Sekilas tentang tari Legong Keraton
Dari nama tarian tradisional tersebut, bisa kita pahami kalau tari Legong Keraton ini pada awalnya dikembangkan atau ditarikan di keraton-keraton, jadi umurnya juga terbilang sudah cukup tua. Tari Legong merupakan salah satu jenis tarian klasik Bali dengan pembendaharaan gerak yang sangat komplek, sangat terikat dengan irama dari tabuh (musik) pengiringnya.
baca juga; jadwal pementasan tari tradisional Bali >>>>
Legong berasal dari kata “leg” berarti lemah gemulai, luwes dan lentur dan “gong” berarti gamelan untuk pengiring tarian. Jadi tarian tersebut bersenyawa menjadi satu bentuk tarian untuk antara gerakan lemah gemulai sang penari dengan irama gamelan pengiringnya.
Gamelan pengiring dalam tari Legong dikenal dengan Gamelan Semar Pegulingan, irama atau instrumen dari gamelan Semar Pegulingan ini sangat kuat, terdiri dari sejumlah perangkat gamelan tradisional Bali yang berkolaborasi dan menyatu menjadi satu bagian utuh sehingga terbentuk bunyi dan irama yang kompak dan indah.
Perangkat gamelan Semar Pegulingan tersebut diantaranya sepasang gender rambat, gender barangan, gangsa kemong, kempur, jegogan, jublag, cenceng, rebab dan kajar. Dalam setiap pementasan tari Legong ini selalu melibatkan juru tandak yang bertugas memberikan aksentuasi pada alur cerita yang diangkat dalam sebuah pertunjukan.
baca juga: jenis-jenis tari tradisional Bali >>>>
Terdapat beberapa jenis tari tradisional Legong di Bali, seperti Legong Keratong (Lasem), Legong Jobog, Candra Kanta, Sudarsana, Kuntul, Goak Macok, Kupu-Kupu Tarum, Smaradahana dan Legod Bawa. Namun setiap kali menyebut Tari Legong, maka kita memahaminya sebagai Tari Legong Keraton atau Lasem, karena memang jenis tarian tradisional ini yang paling sering dipentaskan.
Tarian ini cukup populer dan sering dipentaskan sebagai pertunjukan wisata. Tarian yang baku ditarikan oleh dua orang penari Legong dan dilengkapi dengan seorang penari condong. Yang tampil dalam pementasan pertama kali adalah penari Condong, kemudian disusul oleh dua penari Legong Lasem.
Tari Legong Keraton, mengambil cerita Panji, mengisahkan tentang perjalanan prabu (adipati) Lasem yang ingin meminang putri dari kerajaan Daha (Kediri) yaitu putri Rangkesari yang sudah terikat jalinan dengan Raden Panji dari Kahuripan.
Diceritakan sang puteri menolak pinangan Prabu Lasem, karena ditolak akhirnya melakukan perbuatan tidak terpuji dengan menculik sang puteri, mengetahui hal tersebut raja Daha (Kediri) menyatakan perang terhadap Prabu Lasem. Prabu Lasem juga diserang oleh burung garuda pembawa maut, walaupun berhasil meloloskan diri dari serangan garuda, namun akhirnya tewas saat peperangan melawan raja Daha.
baca di sini: kesenian tradisional rakyat di Bali >>>>
Cerita Panji yang diambil dengan kisah prabu Lasem ini membuat tarian tradisional Bali ini dikenal sebagai Tari Legong Lasem, perkembangannya dan muncul pertama kali pada abad ke-19 di Keraton dikenal sebagai pertunjukan yang memiliki mutu dan kualitas seni tinggi dan hanya untuk masyarakat kalangan keraton atau puri, sehingga dikenal sebagai tari Legong Keraton. Dalam perkembangan berikutnya Legong Lasem mulai dikenal masyarakat luas pada abad ke-20, dan seiring waktu mengalami beberapa perubahan dalam struktur penyajiannya.
Perkembangan tari Legong Keraton ini, konon berawal dari sakitnya seorang pangeran yang berasal dari Sukawati, diceritakan dalam keadaan sakit pangeran bermimpi melihat dua orang gadis menari dengan lemah gemulai dengan diiringi seperangkat gamelan yang indah. Ketika sang pangeran pulih dari sakitnya, mimpi tersebut dituangkan dalam tarian penyajiannya lengkap dengan seperangkat gamelan.
Tarian tradisional ditarikan di halaman keraton di bawah sinar bulan purnama oleh dua orang gadis yang belum menstruasi memakai alat bantu kipas penarinya ini dikenal sebagai penari Legong, kemudian penari pelengkapnya dinamakan penari condong tidak dilengkapi dengan kipas. Tempat pementasan Tari Legong ini lebih banyak di kawasan Ubud, terutama di Puri Saren Agung Ubud.
lanjut baca; Puri Saren Agung Ubud >>>>
Kita bisa berbangga, warisan seni Tari tradisional Bali seperti Legong Keraton ini diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh badan dunia UNESCO, menjadi kebanggaan masyarakat Bali. Peran penting pemerintah daerah dan masyarakat, terutama para pecinta seni untuk mempertahankan eksistensi dari keberadaan tari Legong tersebut, serta tanggung jawab kita bersama untuk melestarikan, menjaga dan melindungi tari Legong Keraton tersebut akan menjadi lebih besar dan dikenal dikalangan masyarakat luas.
Jadwal dan tempat pementasan tari Legong di Bali
Jika anda ingin menyaksikan pertunjukan tari tradisional Legong di Bali, maka anda bisa menyaksikannya pada sejumlah tempat berbeda, beberapa diantaranya
- Senin: Puri Saren Ubud
- Selasa: Balerung Stage Ubud Pura Dalem Ubud
- Rabu: Yamasari Stage
- Kamis: Pura Desa Kutuh
- Jumat: Balerung Stage
- Sabtu: Puri Saren, Puri Agung Peliatan, Istana Air Ubud
- Minggu: Puri Saren, Arma Museum, Balerung Mandera
Pertunjukan tari tradisional dimulai dari pukul 19.30 selama 1.5 jam untuk harga tiket masuk rata-rata Rp 80.000/orang
Leave a Reply