Tradisi Dewa Mesraman di Klungkung

Memiliki banyak daya tarik, membuat pulau Dewata Bali menjadi kunjungan wajib bagi wisatawan asing maupun lokal. Mengapa demikian, karena selain berbagai objek wisata dan tempat rekreasi menarik, Bali juga memiliki banyak budaya dan yang unik bahkan ekstrem yang membuat wisatawan tertarik.

Mereka yang liburan ke Bali tentu sayang melewatkan momen tersebut, akan menjadi suguhan atau atraksi wisata yang spesial, yang bisa menambah pengalaman wisata ataupun liburan mereka di Pulau Bali.

Setiap Kabupaten di Bali memiliki tradisi yang berbeda-beda membuat Bali selalu identik dengan banyak tradisi yang dapat memukau wisatawan, seperti salah satunya kabupaten Klungkung memiliki banyak tradisi unik diantaranya Tradisi Dewa Mesraman (Masraman).

Pernahkah anda menyaksikan atau mendengar tentang tradisi unik tersebut, jika belum maka berikut infonya dan kita ulas sedikit dalam halaman ini.

Dewa Mesraman di Paksebali Klungkung

Dewa Mesraman atau Masraman adalah tradisi wajib digelar di Banjar Timbrah, Desa Adat Paksebali, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, tradisi unik tersebut setiap 6 bulan sekali dan merupakan rangkaian dari upacara pujawali Pura Panti Timbrah (Timrah).

Tradisi Dewa Mesraman merupakan suatu warisan leluhur yang sudah mulai dilakukan dari tahun 1500 Masehi dan sampai sekarang masih bertahan dan digelar rutin oleh penduduk setempat.

Sebagai Rangkaian dari upacara pujawali di Pura Panti Timrah yang jatuh pada Saniscara Kliwon wuku Kuningan membuat Tradisi ini bertepatan dengan digelarnya hari raya Kuningan.

lanjut baca: Hari Raya Kuningan >>>>

Sama halnya dengan tradisi lain, lalu bagaimana awalnya sehingga Dewa Mesraman tersebut dilangsungkan, tradisi Dewa Mesraman di Klungkung juga memiliki cerita sejarah asal mula tradisi tersebut.

Konon dulu, tradisi dewa Mesraman ini sudah ada di Karangasem. Pada saat itu Klungkung dan Karangasem mempunyai perbatasan antar kabupaten untuk menjaga perbatasan tersebut.

Desa Panti Timrah yang merupakan desa yang berada di kawasan Karangasem mengirimkan beberapa penduduknya untuk membantu menjaga perbatasan yang mana sekarang wilayah tersebut sudah berada di bawah naungan Kabupaten Klungkung.

Penduduk yang diutus untuk menjaga perbatasan pun ingin tetap melestarikan tradisi dan budaya yang sudah mereka miliki pada saat di Desa Panti Timrah.

Salah satunya tradisi Dewa Mesraman yang merupakan warisan nenek luhur mereka yang ingin mereka adakan tanpa menghilangkan atau menambahkan aturan yang sudah melekat pada tradisi tersebut.

Untuk itu penduduk yang diutus untuk menjaga wilayah perbatasan tetap menggelar Tradisi Dewa Mesraman walaupun sudah tidak berada di wilayah asalnya, dan sekarang wilayah perbatasan masuk ke dalam wilayah kabupaten Klungkung dan otomatis tradisi tersebut juga menjadi bagian dari Kabupaten itu.

lanjut baca: Kabupaten Klungkung >>>>

Sebagai asal dari Tradisi Dewa Masraman, maka Karangasem juga memiliki tradisi yang sama, ritual tersebut digelar di simpang empat desa di Bugbug dan di sini dikenal dengan tradisi Mebiasa dan kemudian dikenal dengan Perang Jempana.

Dilihat dari filosofi kata Mesraman berasal dari “mesra” yang berarti bersenang-senang secara lahir batin, itu juga terlihat dari para pengayah yang menampilkan kegembiraan mereka pada saat menjalankan Tradisi Dewa Mesraman (Masraman).

Walaupun tidak terikat oleh aturan, para pengayah atau peserta dari Tradisi Dewa Mesraman ini tidak pernah terjadi pengurangan bahkan mereka menjalankannya dengan ikhlas.

Jempana diusung saat Tradisi Dewa Mesraman Klungkung

Saat semua prasarana banten sudah siap, masyarakat akan kumpul di Pura Panti Timrah untuk membuat lawar. Lawar diperlukan sebanyak 5 jenis lawar yang akan dibuat yang mana terdiri dari : lawar belimbing, lawar nangka, lawar kacang dan lawar gedang (pepaya).

Pembuatan lawar ini memiliki simbol sebagai bentuk pemersatu segala perbedaan yang ada di Desa tersebut. Sekitar pukul 03.00 sore pembuatan lawar pun selesai.

Kemudian dilanjutkan dengan nunas paica (berkah) yang berisi lawar, nasi dan sate dengan beralaskan klangsah terbungkus daun pisang. Nunas paica ini melibatkan anak-anak yang belum beranjak dewasa.

baca juga: tradisi Megibung di Karangasem >>>>

Makna dari nunas paica yaitu sebagai bentuk pemberian bekel kepada anak-anak agar nantinya memiliki dasar ajaran dalam beranjak dewasa dan dapat membantu mereka dalam pembentukan karakter.

Setelah kegiatan nunas paica dilanjutkan dengan megibung (makan bersama) dengan menu nasi putih, lawar, garam dan beralaskan klakat. Kegiatan ini melibatkan orang dewasa. Makna dari prosesi megibung yaitu untuk mempersatukan semua perbedaan sifat dan perilaku yang dimiliki penduduk Desa Paksebali.

Tepat pukul 05.00 sore mulai diadakan pesucian 7 jempana (joli) diusung oleh teruna dari desa adat yang mana 1 jempana diusung 2 teruna dan akan dibawa ke sungai seganing (sumber air).

Prosesi ini bermakna untuk memohon air suci dan membersihkan jiwa raga para pengayah sebelum dan sesudah upacara Dewa Mesraman. Setelah dirasa bersih maka jempana tersebut dibawa kembali ke pura.

Pada saat tiba di jaba tengah pura 7 jempana tersebut akan disambut tarian rejang dewa yang ditarikan anak-anak putri Desa Adat Paksebali yang belum menginjak remaja.

baca juga: budaya dan tradisi unik di Bali >>>>

Setelah itu akan disambut juga dengan tari baris yang memegang keris ditangan kanannya dan 6 dari 7 jempana yang diusung mulai diarak seolah-olah terjadi perang. Selain itu penari baris mengelilingi jempana dengan mengejar dan menabrak setiap jempana dari satu ke yang lain.

Bentuk jempana seperti melilit jadi satu seperti telah terjadi peperangan, perang jempana di Paksebali inilah yang disebut dengan Dewa Mesraman. Konon 1 jempana yang tidak diikutsertakan itu merupakan simbol dari Ida Bhatara Ratu Lingsir.

Ida Bhatara Ratu Lingsir adalah Ida Bhatara yang paling dituakan diantara enam dewa, maka dari itu beliau tidak ikut serta dalam Dewa Mesraman, beliau hanya menyaksikan dan mengawasi jalannya prosesi tersebut.

Setelah itu jempana akan dibawa keliling pura dengan searah jarum jam dan lalu diusung menuju wilayah utama pura (pesucian atau jeroan) dan setelah itu keenam jempana tersebut akan distanakan di tempatnya masing-masing. Setelah rangkaian kegiatan Tradisi Dewa Mesraman selesai akan diadakan persembahyangan kembali.

*  Dirangkum dari berbagai sumber.

Tiket kapal cepat atau fast boat ke Nusa Lembongan, Nusa Penida dan Gili Trawangan Lombok kami sediakan dengan harga yang lebih murah, untuk layanan wisata lainnya ada rekreasi watersport di Tanjung Benoa, kapal selam wisata Odyssey Submarine Bali, day cruise dan rekreasi rafting di Auung Ubud. Ada juga sewa mobil di Bali lengkap, termasuk sewa mobil mewah dan bus pariwisata, sewa tour guide juga tersedia untuk kebutuhan tour di Bali.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top