Pulau Dewata Bali memiliki segudang budaya dan tradisi unik dan juga merupakan rangkaian sebuah ritual yang memiliki tujuan dan maksud tertentu yang berhubungan dengan kegiatan upacara keagamaan.
Seperti juga halnya dalam tradisi Gebug Ende yang digelar di desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng di setiap tahunnya, merupakan sebuah ritual yang dilakukan oleh warga untuk memohon hujan saat kemarau panjang.
Ini tentunya adalah hal unik dan menarik, walaupun sekarang saat jaman transisi, pikiran orang sudah moderat, tetapi berbagai hal yang berhubungan dengan kebiasaan atau tradisi warisan masa lampau masih bertahan sampai saat ini.
Gebug Ende, tentu tidak asing lagi bagi warga Bali, dan tradisi tersebut digelar di Desa Seraya Karangasem, lalu bagaimana sekarang bisa digelar Buleleng juga.
Tentunya belum banyak masyarakat luas yang tahu bahwa tradisi Gebug Ende juga digelar di desa adat Pemuteran. Tujuan ritual tersebutpun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memohon turunnya hujan ketika kemarau panjang.
lanjut baca: Gebug Ende desa Seraya >>>>
Tentu Tradisi Gebug Ende yang dilakukan di dua tempat berbeda tersebut memang memiliki keterkaitan. Karena dulu banyak penduduk dari Desa Seraya merantau ke Gerokgak dan menetap di Pemuteran.
Mereka juga membawa budaya dan tradisi mereka, karena ini adalah sebuah ritual mereka tetap melangsungkan tradisi Gebug Ende yang merupakan warisan leluhur mereka di desa Seraya.
Jadi cukup jelas bagaimana Tradisi Gebug Ende di desa Seraya juga bisa anda temukan di wilayah Kecamatan Gerokgak. Keberadaan tradisi inipun menambah daftar budaya dan tradisi unik yang ada di kabupaten Buleleng.
Seperti diketahui Buleleng juga memiliki sejumlah tradisi unik lainnya diantaranya tradisi Nyakan Diwang, Megoak-goakan, Sapi Grumbungan, Ngusaba Bukakak, Ngoncang, Ngamuk-amukan (perang api) dan Megebeg-gebegan.
Serta sejumlah budaya dan tradisi yang dimiliki seperti desa-desa tua di Kabupaten ini seperti Sembiran, Cempaga, Tigawasa dan Pedawa yang dikenal dengan desa Bali Aga, akan menambah daya tarik kawasan pariwisata Bali Utara ini untuk dikunjungi saat liburan dan wisata di Buleleng.
baca juga; objek wisata dan tempat rekreasi populer di Buleleng >>>>
Tradisi Gebug Ende di gelar di desa adat Pemuteran, dalam perkembangannya desa adat tersebut di bagi menjadi beberapa desa diantaranya desa Pemuteran, Sumberkima, Patas, Banyupoh, Sumberklampok, Penyabangan, Sanggalangit dan Pejarakan.
Tradisi Gebug Ende pun menyebar di sejumlah desa-desa tersebut dan tradisi ini bertahan dan dijaga dengan baik oleh warganya sampai sekarang ini.
Seperti halnya Gebug Ende Seraya, tradisi Gebug Ende di Gerokgak memiliki aturan dan tata cara yang sama termasuk juga sarana yang digunakan yaitu sebatang tongkat pemukul dan perisai untuk menangkis serangan lawan.
Berasal dari kata “gebug” yang berarti pukul dalam hal ini menggunakan sebatang rotan (penjalin) dan “ende” adalah sebuah perisai berbentuk bulat terbuat dari rangka bambu dan kulit sapi yang nantinya dipakai untuk menangkis serangan rotan dari lawan.
baca juga: Budaya dan tradisi unik di Bali >>>>
Jadi dalam tradisi ini dua orang peserta akan saling berhadap-hadapan, mereka saling serang dan saling tangkis, tentu juga merupakan ajang adu ketangkasan dan adu nyali, cukup berbahaya karena tubuh bisa lebam dan terluka.
Namun disanalah tujuan utamanya, mereka memukul lawan agar ada yang terluka meneteskan darah, itulah persembahan mereka dengan perjuangan dan pengorbanan yang tulus ikhlas untuk memohon hujan.
foto: via Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng
Tradisi ekstrem dan adu nyali Gebug Ende yang berasal dari Seraya Karangasem ini memang, terlihat begitu menegangkan, bisa dibayangkan bagaimana ketika tubuh kena sabetan tongkat dengan kekuatan penuh, namun mereka melakukan ritual turun hujan ini dengan suka cita walaupun ada sampai yang terluka.
Dalam tradisi ini, tidak ada kata dendam atau marah diantara mereka, setelah permainan mereka akan kembali bersosialisasi seperti biasa. Ini adalah suatu hal yang menarik juga bagi masyarakat, walaupun mereka harus saling serang, tetapi sesungguhnya mereka tidak pernah bermusuhan.
Kabupaten Karangasem memang erat kaitannya dengan tradisi yang berhubungan dengan perang, selain tradisi Gebug Ende Seraya, ada juga perang api di desa Seraya dan Perang Pandan di Tenganan.
baca juga; tradisi perang pandan di desa Tenganan Karangasem >>>>
Tetapi yang cukup menarik dalam tradisi Gebug Ende seperti halnya di Gerokgak Buleleng, peserta yang hanya terdiri dari dua orang mereka berhadap-hadapan untuk saling serang.
Terkadang juga sambil menari, seperti meluapkan kegembiraan mereka, walaupun kena pukul batang rotan lawan, ditambah lagi alunan musik tradisional Baleganjur yang mengiringi mereka saat bertarung, membuat semangat mereka semakin tinggi.
Tradisi Gebug Ende Di Gerokgak Buleleng ini, hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, baik itu anak-anak maupun dewasa. Panjang rotan yang digunakan sekitar 1.5-2 meter, tergantung dari keperluan peserta.
Setiap peserta berpakaian adat Bali namun mereka bertelanjang dada. Sebelum tradisi tersebut digelar warga melakukan ritual terlebih dahulu.
Ritual dimulai dengan upacara mecaru untuk persembahan pada bhuta kala, baru setelah ritual selesai mereka para peserta mulai melakukan atraksi Gebug Ende tersebut, mereka melakukan secara bergilir sesuai peserta yang ikut.
Dalam Tradisi Gebug Ende, dua peserta yang akan bertarung di batasi dengan garis pemisah, lawan tidak boleh melewati garis tersebut begitu juga dalam atraksi tersebut ada dua orang petugas mengawasi dan mengatur permainan mereka disebut sebagai saye atau pekembar.
Diringi oleh gambelan baleganjur dan sorak-sorai penonton yang memberi semangat perang, membuat pertandingan adu ketangkasan dan ekstrem tersebut akan semakin panas.
baca juga: paket tour Bali Utara >>>>
Para petugas tersebut akan merelai pertandingan ketika peserta terlihat semakin memanas, tidak ditentukan siapa pemenang dan yang kalah dalam permainan gebug tersebut, penontonlah yang bisa menilai sendiri.
Sebuah cara unik dan ekstrem dalam sebuah persembahan, tetapi mereka melakukan dengan suka cita, setiap orang bebas berpartisipasi dalam tradisi Gebug Ende tersebut.
Tradisi unik di Gerokgak Buleleng ini tentunya menjadi ajang tahunan yang bisa dijadikan atraksi menarik oleh para wisatawan yang sedang liburan di kawasan wisata Bali Utara terutama mereka yang berada di Buleleng Barat.
Desa Pemuteran salah satunya tempat tradisi Gebug Ende ini digelar, apalagi desa Pemuteran adalah sebuah kawasan Pariwisata di Kabupaten Buleleng, sehingga bisa menjadi ajang tahunan yang juga bisa dinikmati oleh wisatawan yang kebetulan liburan di kawasan tersebut.
Kami agen tour di Bali dengan harga lebih murah, tidak hanya tour saja, juga tersedia sewa tour guide, sewa bus pariwisata, sewa mobil di Bali dan sewa supir wisata. Layanan wisata lainnya disediakan paket rekreasi watersport, wisata Odyssey Submarine Bali, Quicksilver Cruise, Bali Hai Cruise dan rafting di Ayung UBud. Penyeberangan laut dengan kapal cepat atau fast boat tersedia diantaranya speed boat ke Nusa Lembongan dan Gili Trawangan Lombok.
Leave a Reply