Pesona alam indah nan cantik berupa objek wisata dan tempat rekreasi alam dengan balutan kearifan lokal berupa budaya serta tradisi di Bali, membuatnya menjadi tujuan liburan yang populer bagi wisatawan.
Berbagai budaya dan tradisi unik bisa anda temukan di pulau Dewata Bali, sebagian besar tradisi tersebut berhubungan dengan digelarnya upacara keagamaan yang tentunya memiliki makna dan maksud tertentu.
Seperti halnya Tradisi Ngambeng dalam rangkaian upacara pujawali atau piodalan di Pura Kahyangan Jagat Samuan Tiga desa adat Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar ini, memiliki makna dan tujuan mulia dan juga pantang ditiadakan.
baca juga; pura Samuan Tiga di Gianyar >>>>
Jika hal tersebut ditiadakan maka ada saja hal yang kurang terutama dalam hal sarana persembahan saat pujawali. Untuk itulah tradisi Ngambeng di Bedulu Gianyar ini tetap bertahan sampai sekarang ini.
Seperti diketahui Pura Kahyangan Jagat Samuan Tiga di Gianyar ini adalah sebuah pura peninggalan sejarah yang memiliki latar belakang penting dalam perkembangan budaya dan agama Hindu di Bali, di tempat inilah dulunya diadakan pertemuan (samuan) yang menyatukan berbagai sekte yang berkembang di Bali.
Dulunya sering terjadi konflik keyakinan, untuk itulah pada abad XI jaman kerajaan Udayana mengundang khusus ahli tata negara yang berasa dari Jawa Timur bernama Mpu Kuturan, akhirnya disepakatilah semua sekte tersebut lebur ke dalam Pura Kahyangan Tiga dan adanya desa Pekraman yang dilandasi ajaran suci agama Hindu.
pict: via fb gatra gianyar
Dan Tradisi Ngambeng tersebut yang digelar di Pura Samuan Tiga ini, setiap setahun sekali dalam rangkaian pujawali di pura tersebut yang bertepatan pada hari purnama sasih Jyesta (bulan 11 kalender Bali) atau sekitar bulan Mei pada kalender masehi.
Tradisi Ngambeng ini dilakukan oleh Pengayah (peserta) anak-anak yang masih duduk di bangku kelas 6 SD ke bawah. Baik itu anak perempuan ataupun laki-laki sangat antusias dalam menggelar tradisi ini.
Mereka akan datang ke rumah-rumah warga, dan biasanya warga yang di datangi sudah mempersiapkan hasil-hasil bumi yang akan dihaturkan (dipersembahkan) ke pura untuk perlengkapan sarana upacara nantinya.
baca juga: fakta tentang Bali yang jarang diketahui orang >>>>
Para pengayah dalam Tradisi Ngambeng yang terdiri dari anak-anak ini melakukannya dengan tulus ikhlas dan sepenuh hati, walaupun ini nantinya tidak akan dibayar, namun jumlah peserta tradisi ini tidak pernah mengalami penurunan.
Tradisi Ngambeng selain sebagai sarana sosialisasi bahwa Pujawali atau Piodalan di Pura Kahyangan Jagat Samuan Tiga akan segera digelar, juga untuk mempertajam dan mengasah rasa bakti anak-anak dalam ngayah, secara tulus ikhlas yang tanpa imbalan dan tanpa pamrih, mengajarkan sejak dini kepada anak-anak bagaimana melakukan sesuatu dengan tulus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan.
Prosesi dari Tradisi Ngambeng di Bedulu Gianyar ini memang memakan waktu yang cukup lama sekitar 7 hari lamanya yang mana tradisi ini jatuh tepat 15 hari menjelang upacara pujawali.
Meskipun digelar selama 7 hari lamanya, proses pembelajaran anak-anak di sekolah tidak akan terganggu, karena Tradisi ini akan dimulai saat anak-anak pulang dari sekolah mereka masing-masing, mereka menyesuaikan waktunya, kalau saat hari libur mereka melakukanya pada pagi hari.
Menurut ketua panitia dari Tradisi Ngambeng, anak-anak yang akan mengayah tidak pernah dikordinir dalam tradisi ini, mereka kumpul sesuai dengan kesadarannya sendiri.
baca juga: tradisi mesbes bangke di Tampaksiring >>>>
Menurut catatan sejarahnya Tradisi Ngambeng ini sempat vacum dan tidak dilaksanakan selama upacara piodalan digelar. Alhasil berbagai sarana yang diperlukan dalam upacara pujawali tersebut seolah-olah terasa serba kekurangan atau tiba-tiba hilang dan sampai selesai digelarnya upacara pun tidak ditemukan.
Maka dari itu warga mewajibkan tradisi ini diadakan sebelum menjelang hari puncak upacara pujawali di Pura Khayangan Samuan Tiga agar proses jalannya upacara pujawali dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Saat tradisi tersebut berlangsung, para pengayah yang terdiri dari anak-anak yang sudah berkumpul akan dibagi menjadi kedalam beberapa kelompok yang mana setiap kelompok berisi 2-12 orang.
Setelah terbagi, merekapun akan berkeliling di 5 desa pakraman pengemong yang terdiri dari Desa pakraman Wanayu Mas, Desa Pakraman Taman, Desa Pakraman Bedulu, Desa Pakraman Tengkulak Kaja dan Desa Pakraman Tengkulak Kaja.
Merekapun akan berkunjung kedalam rumah warga dari 5 desa tersebut, namun dalam berkunjung ke rumah warga ada aturannya yang mana tidak boleh mengunjungi rumah warga yang sedang dalam keadaan cuntaka (seperti warga sedang ada kematian).
lanjut baca: sejumlah tradisi Unik di Bali >>>>
Selain itu para pengayah juga harus mengucapkan salam ” Om Swastiastu” setiap mengunjungi rumah warga. Setelah mengucapkan salam, penduduk desa akan memberikan aneka hasil bumi untuk sarana upacara, seperti : buah-buahan dan janur.
Bahkan warga ada juga yang memberikan uang tunai, namun ada juga yang sekedar memberikan sebungkus dupa. Semua yang mereka dapat dari kunjungan ke rumah warga, nantinya akan dikumpulkan oleh panitia.
Warga desa yang dikunjungi oleh para pengayah pun tidak boleh mengelak apalagi mengusir mereka, karena Tradisi Ngambeng ini diyakini akan mendatangkan rejeki ke mereka yang memberinya.
Setelah selesai mengumpulkan barang-barang, merekapun melanjutkan perjalanan ke Pura Khayangan Samuan Tiga. Para pengayah atau peserta pun akan mendapatkan nasi “pica” yang mana berisi nasi dengan lauk seadanya.
Menurut penduduk setempat, nasi pica yang mereka dapat dipercayai baik untuk kesehatan dan keselamatan bagi yang memakannya, maka dari itu banyak anak-anak yang membawa pulang nasi pica yang mereka dapat, agar seluruh keluarga mereka dapat menikmatinya, namun ada juga yang menikmati nasi pica tersebut langsung di dapur atau perantenan Pura Samuan Tiga.
Tak hanya anak-anak yang sibuk merayakan Tradisi Ngambeng ini, para warga yang lain pun sibuk menyiapkan segala sesuatu yang nantinya akan digunakan saat Upacara pujawali tersebut berlangsung.
Salah satunya, tepat pada prosesi Tradisi Ngambeng, laki-laki desa ini membuat penjor. Penjor yang dibuat sama halnya dengan penjor pada hari raya Galungan dan kuningan.
baca juga; objek wisata di kabupaten Gianyar >>>>
Untuk anak-anak yang sudah duduk di kelas 6 sd atau selebihnya akan ditugaskan untuk ngayah di perantenan atau dapur. Memasuki hari ke-8, Tradisi Ngambeng pun dihentikan dan dilanjutkan oleh warga desa yang perempuan datang ke pura mempesembahkan bahan-bahan keperluan upakara.
Semua kalangan yang terlibat dalam tradisi Ngambeng ini pun sangat antusias dan bertanggung jawab.
Selain paket tour murah di Bali, tersedia informasi objek wisata terbaru di Bali, layanan wisata lengkap diantarnya sewa mobil, sewa bus pariwisata, sewa tour guide, wisata kapal selam Odyssey Submarine Bali, Quicksilver Cruise, Bali Hai Cruise, watersport dan rekreasi rafting di Ubud. ada juga layanan tiket speed boat diantaranya fast boat ke Nusa Lembongan dan fast boat ke Gili Trawangan Lombok.
Leave a Reply