Tradisi Ngedeblag di Kemenuh

Pulau Dewata Bali memiliki beragam budaya dan tradisi unik yang masih bertahan sampai saat ini, walaupun sudah memasuki jaman transisi dan modern, namun warisan budaya masa lampau dari leluhur, masih bisa anda temukan sampai sekarang.

Tradisi yang digelarpun memang berhubungan dengan ritual keagamaan yang memiliki makan dan maksud tertentu, seperti juga halnya Tradisi Ngedeblag di Bali ini, terkesan begitu unik yang mungkin hanya bisa anda temukan di desa Kemenuh.

Jika anda mendengar tradisi Ngedeblag tersebut tentu terdengar cukup asing, namun begitulah adanya anda bisa menyaksikannya langsung jika waktunya tepat, karena sebuah tradisi tidak digelar setiap hari.

Tradisi Ngedeblag di Kemenuh Sukawati

Ngedeblag adalah tradisi rutin yang digelar oleh penduduk Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Kemenuh sendiri adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Gianyar, dengan potensi desa bertumpu pada sektor pertanian, seni, kerajinan dan pariwisata.

Lokasinya strategis berdekatan dengan kawasan pariwisata Ubud dan terjangkau dari kota Denpasar, terdapat sejumlah objek wisata menarik di kawasan ini, termasuk juga sara hotel dan akomodasi tempat wisatawan menginap ketika liburan di wilayah Gianyar.

baca juga; objek wisata di Ubud Gianyar >>>>

Tradisi Ngedeblag sendiri digelar setiap 6 bulan sekali, pada saat peralihan sasih Kelima (bulan 5) ke sasih Kanem (bulan 6) dalam kalender Bali atau sekitar bulan September – Desember kalender masehi, dan bertepatan dengan rahinan Kajeng Kliwon.

Lalu bagaimana asal-usul atau sejarah tradisi Ngedeblag ini sampai digelar sampai saat ini. Menurut penduduk setempat, konon pada masa lalu di Desa Kemenuh, banyak terjadi bencana yang menimpa desa tersebut.

Bencana tersebut seperti : banjir, tanah longsor termasuk wabah penyakit yang menyerang penduduk desa saat itu. Untuk menghindari bencana tersebut penduduk desa yakin dengan mengadakan ritual Tradisi Ngedeblag bencana tersebut tidak akan mengganggu lagi.

Penduduk desa yakin dengan digelarnya Tradisi Ngedeblag yang bertujuan untuk membersihkan bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit (diri manusia) agar desa Kemenuh terhindar dari segala bencana.

Karena menurut nenek moyang Desa Kemenuh, mereka mempercayai pada sasih Kelima akan ada virus atau wabah yang menyebar dan adanya cuaca buruk (pancaroba) seperti hujan disertai angin kencang dan panas yang sangat menyengat.

Untuk menghindari hal itu penduduk Desa Kemenuh mewajibkan untuk menggelar Tradisi Ngedeblag ini. Dari sinilah tradisi unik tersebut muncul dan diwariskan turun-temurun.

Pemuda dan pemudi yang termasuk penduduk Desa Kemenuh di Sukawati ini, diwajibkan untuk ikut berpartisipasi dalam prosesi Ngedeblag ini. Selain itu juga banyak penduduk Desa yang meluangkan waktu mereka untuk berperan aktif dalam tradisi unik ini.

Terlihat dari raut wajah mereka yang begitu bahagia dapat disimpulkan bahwa mereka melaksanakan tradisi ini dengan penuh keikhlasan dan kegembiraan, walaupun Tradisi Ngedeblag ini mulai digelar tepat matahari berada diatas langit tak membuat para pengayah pantang mundur sebelum memulainya.

baca di sini: budaya dan tradisi unik di Bali >>>>

Seperti tradisi lainnya, tradisi Ngedeblag ini juga memiliki keunikan tersendiri, seperti pada pakaian atau kostum yang mereka gunakan pada saat menggelar prosesi unik ini.

Para pengayah (peserta) laki-laki harus menggunakan kamben (kain) yang dilapisi dengan saput tanpa menggunakan baju dan bisa dibayangkan panas menyengat dari terik matahari yang tepat berada di atas mereka.

Selain itu wajah mereka juga dibuat menjadi seseram mungkin, dengan  cat air warna warni yang nantinya akan diolesi pada wajah mereka dan satu oles pamor yang diolesi dikening, kepala pengayah juga menggunakan penutup kepala dari kukusan.

Riasan wajah peserta Tradisi Ngedeblag

Sebelum dimulai Tradisi Ngedeblag, masyarakat Desa Kemenuh akan mempersiapkan segala sesuatu yang nantinya akan diperlukan dalam Tradisi ini. Untuk anak-anak yang berumur 5-10 tahun ditugaskan untuk membawa papah jaka (pelepah enau) sebagai simbol hutan.

Anak-anak yang berumur 10-17 tahun akan membawa kulkul (kentongan) yang terbuat dari pohon bambu dan orang dewasa juga ditugasi untuk membawa alat atau perabotan yang dapat dibunyikan.

Selain itu para laki-laki mengenakan perhiasan yang menyeramkan seperti pengiring Ida Ratu Agung dan para wanita membawa banten (sesajen) upakara yang akan dihaturkan di Pura Dalem dan setiap Catus Pata.

baca di sini: pakaian adat Bali >>>>

Untuk memulai prosesi Ngedeblag, biasanya penduduk Desa Kemenuh  di Sukawati ini menghaturkan Pakeling yang bertujuan untuk memberitahu kepada Ida Sang Hyang Widhi wasa bahwa Desa tersebut akan mengadakan tradisi Ngedeblag.

Prosesi atau ritual pakeling dimulai pada sasih kelima di pura Khayangan 3 dan khayangan alit. Selain harus mempersiapkan upakara, mereka juga mempersiapkan musik tradisional Bali jenis Baleganjur yang akan mengiringinya saat menggelar Tradisi Ngedeblag ini.

Prosesi Ngedeblag di kabupaten Gianyar ini akan dimulai tepat pukul 12.00 siang dengan diawali melakukan persembahyangan bersama.

Setelah itu semua yang berperan dalam Tradisi Ngedeblag seperti : para warga, gong, kulkul dan alat-alat yang nantinya dipakai akan dipercikan tirta agar pelaksanaan Tradisi Ngedeblag dapat berjalan dengan lancar.

Saat itu juga para pengayah baik laki maupun perempuan dan anak-anak hingga lansia sangat antusias memulai Tradisi Ngedeblag yang akan dilakukannya.

baca juga: alat musik tradisional Bali >>>>

Setelah yang dibutuhkan selesai, maka mulailah Tradisi Ngedeblag ini digelar. Ida Ratu Agung pun tedun (turun), dalam perjalanannya diawali dengan anak-anak yang membawa batang pohon jaka (enau) dan sisanya mengikuti dari belakang dengan membawa kelengkapan Ngedeblag.

Rute perjalanan mereka adalah keliling desa sambil membawa air suci (tirta), hal yang membuat unik dan menarik lagi yaitu barong sakral yang diarak beberapa penduduk Desa Kemenuh yang mana disertai dengan bunyi gamelan, kentongan ataupun prabotan yang mereka bawa.

Dalam setiap perjalanannya jika menemukan persimpangan jalan, para ibu-ibu akan menyambutnya dengan membawa sesajen sebagai bentuk menghaturkan puja-puja kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Tujuannya adalah untuk melakukan pembersihan alam semesta dan untuk menetralisir roh-roh maupun hal-hal negatif yang nantinya dapat mengganggu masyarakat setempat, kegiatan ini biasa disebut dengan istilah “menyomia kala”.

Dengan dilaksanakannya Tradisi Ngedeblag, dan setelah tradisi tersebut digelar masyarakat Desa Kemenuh di Sukawati Gianyar ini mengaku merasakan kenyamanan lahir batin.

*  Dirangkum dari berbagai sumber.

Website layanan wisata di Bali lengkap, selain tour murah di Bali tersedia berbagai paket rekreasi lainnya seperti watersport, Odyssey Submarine, rafting di Ubud, wisata mendaki, day cruise dan wisata naik sepeda. Tiket  fast boat ke Nusa Lembongan, fast boat ke Nusa Penida ataupun speed boat ke Gili Trawangan Lombok disediakan dalam paket harga lebih murah sudah. Jasa tour guide atau pemandu wisata tersedia untuk keperluan tour anda, selain itu tersedia sewa mobil di Bali dan juga sewa bus pariwisata.




Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top