Masyarakat di pulau Dewata Bali adalah masyarakat agamis, yang kehidupan sehari-harinya erat dengan hal-hal yang berbau spritual. Termasuk juga berbagai tradisi yang digelar di pulau tersebut berkaitan erat dengan ritual keagamaan, baik itu dalam rangkaian piodalan di sebuah pura ataupun dalam rentetan hari besar agama Hindu.
Tradisi yang dimiliki di sejumlah daerah pun juga berbeda-beda walaupun perayaannya bersamaan, selain itu juga setiap tradisi selalu mengandung keunikan tersendiri yang mana Bali sebagai daerah tujuan wisata, tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, dan salah satunya Tradisi Siat Yeh di Banjar Teba Jimbaran.
foto: http://bayusastraartwork.blogspot.com
Jimbaran adalah sebuah desa adat dan kelurahan yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Kuta selatan, Kabupaten Badung, berada di kawasan pariwisata Bali Selatan, sebagian wilayahnya berbatasan dengan laut, membuat wilayah Jimbaran memiliki wilayah pantai yang cukup luas.
Menariknya lagi wilayah pesisirnya menawarkan pantai pasir putih dengan suguhan sunset yang indah, dikenal sebagai pusatnya wisata kuliner seafood di Bali, terdapat banyak hotel, restoran dan layanan wisata di kawasan ini, sehingga Jimbaran juga menjadi salah satu pusat pariwisata di pulau Dewata Bali.
Selain lingkungan di sekitarnya dikelola menjadi kawasan pariwisata, penduduk Desa adat Jimbaran di kabupaten Badung ini juga masih melestarikan tradisi Siat Yeh, merupakan tradisi unik yang digelar penduduk Desa Jimbaran setiap hari raya Ngembak Geni (sehari setelah Nyepi), pesertanya didominasi oleh pemuda-pemudi banjar Teba.
lanjut baca: hari raya Nyepi >>>>
Sebagai generasi muda memang ada baiknya kita tetap menjaga, melestarikan budaya dan tradisi warisan leluhur, agar bisa diwariskan ke generasi penerus selanjutnya. Seperti pemuda-pemudi banjar Teba yang memelopori Tradisi Siat Yeh ini.
Awalnya mereka memiliki keinginan untuk membangkitkan kembali tradisi yang ada di Jimbaran, karena sejak tahun 1983 Jimbaran sudah tidak pernah mengadakan tradisi tersebut.
Namun melihat kondisi Desa adat Jimbaran yang berdekatan dengan dua sumber mata air mereka pun memutuskan untuk berkoordinasi dengan para penglingsir (tetua) dan akhirnya mereka sepakat mencetuskan tradisi Siat Yeh di banjar Teba, Jimbaran.
Pemuda dan pemudi Desa Jimbaran khususnya banjar Teba sangat berharap, dengan digelarnya Tradisi Siat Yeh secara rutin setiap tahunya, bisa menghilangkan kotoran duniawi dan memberikan energi positif.
Selain memiliki makna yang mendalam, diharapkan tradisi ini dapat menjadikan daya tarik kepada wisatawan yang liburan dan wisata ke pulau Dewata Bali, apalagi Jimbaran adalah salah satu pusat pariwisata di wilayah Badung Selatan.
Tradisi Siat Yeh ini juga sebenarnya merupakan perpaduan dari permainan-permainan tradisional, seperti meguyonan (senda gurau). Dari permainan tersebut mereka akhirnya mendapat ide membuat dalam bentuk Tradisi yaitu Tradisi Siat Yeh.
baca juga: perang air atau Siat Yeh di Gianyar >>>>
Tradisi Siat Yeh ini dikatakan juga sebagai penglukatan Agung, di awali dengan mendak tirta (air suci) di dua tempat sumber air yang berbeda yaitu pada bagian pesisir sebelah Timur (pantai Suwung/rawah) dan pesisir Sebelah Barat (pantai Segara).
Sumber mata air yang berada di dua pantai tersebut nantinya akan dijadikan komponen utama dalam Tradisi Siat Yeh ini. Konon dulu, sebelum banyaknya pembangunan pariwisata di Jimbaran, kedua sumber mata air tersebut jika dalam keadaan pasang selalu bertemu secara alami.
Pertemuan sumber air tersebut dikenal dengan campuhan (pertemuan dua sumber air), dan air campuhan biasa digunakan sebagai tempat untuk melukat bagi warga Hindu Bali
Namun, sekarang ini berkembangnya pariwisata yang sangat pesat di kawasan Jimbaran, – Badung banyaknya pembangunan fasilitas pariwisata di daerah tersebut termasuk juga hotel, membuat kedua pantai itu tidak bisa bertemu secara alami lagi.
baca juga; objek wisata di kabupaten Badung >>>>
Untuk itu makna dari Tradisi Siat Yeh di Jimbaran Badung ini untuk mempertemukan lagi 2 sumber mata air tersebut walaupun tidak dengan langsung, sebagai sarana penglukatan.
Menurut penduduk desa setempat, jika dua sumber mata air tersebut bisa bertemu maka penduduk desa akan mencapai kemakmuran dan bisa memberikan energi positif pada masyarakat Jimbaran.
Secara filosofis tradisi Siat Yeh ini dibagi menjadi 2 kata yaitu Siat dan Yeh. Kata “Siat” berarti perang dalam konteks kalimat ini pada hakikatnya manusia setiap hari berperang dengan dirinya sendiri dan pikiran-pikiran buruk atau hal yang tidak baik yang nantinya bisa berdampak negatif pada dirinya sendiri maupun lingkungan di sekitarnya.
Dan “Yeh” yang memiliki arti air, tentunya air tersebut menjadi sumber kehidupan yang patut dijaga dan dihormati. Dengan menjaga sumber mata air tersebut, dipercayai akan datangnya kemakmuran kepada mereka.
Dulu sebagian besar penduduk desa adat Jimbaran di Kuta Selatan Badung ini, mencarai mata pencarian di kedua pantai tersebut sebagai nelayan dan petani garam tradisional.
baca juga: tempat melukat di Bali >>>>
Pantai Suwung yang terletak di Timur dimanfaatkan sebagai pembuatan garam yang sangat luar biasa dan terkenal yang mana nantinya garam yang mereka dapatkan akan ditukar kan dengan keperluan sandang dan pangan mereka.
Memiliki potensi garam yang melimpah membuat penduduk desa Jimbaran selalu panen akan hasil yang mereka dapat dari pembuatan garam tersebut. Dan di bagian Barat ada pantai segara yang memiliki potensi untuk nelayan untuk mencari ikan.
Tradisi Siat Yeh ini akan diawali dengan pembagian kelompok menjadi 2 kelompok, yang mana 1 kelompok mengambil air dari pantai yang berada di Timur dan satunya lagi pantai yang berada di baratnya.
Merekapun berbondong-bondong menuju pantai yang menjadi tugas mereka. selanjutnya air pantai yang mereka dapat dari hasil pengambilan di kedua sumber mata air tersebut dituangkan kedalam kendi yang mana pada saat membawa air tersebut ke banjar akan diiringi dengan gamelan khas Bali yaitu Baleganjur.
baca juga: objek wisata pantai Jimbaran >>>>
Sesampainya disana akan ada tarian yang menyambutnya yang ditarikan oleh seka truni Bakthi Asih yang mana tarian ini biasa disebut dengan tarian rejang sari.
Setelah selesainya tarian tersebut Tradisi Siat Yeh akan dimulai dengan pelemparan air dengan cetok atau batok kelapa kecil yang menandakan Tradisi Siat Yeh ini akan segera dimulai. Sembari saling bernyanyi dan menunjukan keceriannya merekapun langsung saling siram.
Hal ini bermakna sebagai bentuk penyatuan kedua sumber mata air yang berada di desa tersebut. Tradisi ini digelar di catus pata Banjar Teba, Jimbaran.
* Dirangkum dari berbagai sumber.
Paket tour murah di Bali desediakan dalam pakat tour setengah hari sampai paket tour 6 hari, tersedia juga rekreasi watersport di Tanjung Benoa, rekreasi rafting di Ubud, river tubing, Odyssey Submarine dan day cruise ke Nusa Lembongan dan Nusa Penida. Layanan sewa mobil juga lengkap mulai dari sewa mobil VW safari sampai sewa mobil mewah. Tiket layanan fast boat tersedia seperti speed boat ke Gili Trawangan Lombok dan speed boat ke Nusa Lembongan.
Leave a Reply