Bumi Nusantara tidak hanya menawarkan pesona keindahan alam, tetapi ragam budaya dan tradisi unik yang akan menjadi daya tarik sendiri dan akan menjadi pengalaman wisata baru, bagi para pelancong yang sedang liburan ke tempat tersebut.
Begitu juga halnya Lombok, pulau kecil yang dihuni oleh warga suku Sasak tersebut memiliki beragam budaya dan tradisi unik warisan leluhur, yang masih dijaga lestari sampai saat ini, salah satunya tentu tradisi Upacara Bau Nyale, menjadi kegiatan rutin setiap tahun yang akan mengisi kalender wisata di Lombok.
Seperti diketahui Lombok merupakan bagian wilayah propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), lokasinya bersebelahan dan berdekatan dengan pulau Dewata Bali, keduanya bisa diakses mudah dan cepat dengan transportasi kapal cepat atau fast boat, dan sama-sama memiliki banyak objek wisata alam termasuk juga budaya dan tradisi unik.
Dalam dunia pariwisata, Bali dan Lombok saling melengkapi, banyak wisatawan yang sedang liburan di pulau Dewata Bali juga mengemas liburan ke Lombok, begitu juga sebaliknya, dengan kearifan budaya lokal dan tradisi unik yang dimilikinya membuat keduanya memiliki karakter wisata budaya sendiri.
Budaya dan tradisi unik di masing-masing suku dan wilayah, selain memang karena warisan budaya leluhur juga dipengaruhi oleh keyakinan beragama warga masyarakatnya. Begitu juga dengan budaya yang ada di Lombok banyak dipengaruhi oleh oleh mayoritas Suku Sasak adalah pemeluk Agama Islam.
baca juga; budaya dan tradisi unik di Bali >>>>
Suku Sasak adalah etnis asli yang berasal dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat yang terkonsentrasi di Pulau Lombok dan sebagian kecil tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Beberapa kelompok orang Sasak asli hingga saat ini masih hidup secara tradisional sesuai warisan tradisi secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. Namun sebagian besar telah mengadaptasi cara hidup masyarakat modern.
Budaya suku Sasak mengalami perkembangan yang cepat, dimulai dengan masuknya agam Islam dari Jawa dan Hindu dari Bali, kemudian oleh masyarakat suku Sasak di Lombok dipadukan seperti dalam konsep sinkretisme, perpaduan tersebut menghasilkan tradisi unik sebagai penguat identitas etnis Sasak dan salah satunya adalah Bau Nyale.
Mengenal Tradisi Bau Nyale Di Lombok
Bau Nyale adalah tradisi unik, yang merupakan festival menangkap cacing oleh suku sasak di Lombok yang berhubungan dengan cerita Putri Mandalika dan merupakan tradisi dari Suku Sasak terbesar di Lombok dan hingga saat ini menjadi bagian penting dari warga masyarakat Lombok di NTB.
Budaya dan tradisi warisan leluhur ini memang terjaga dengan baik dan masih berlangsung sampai saat ini. Dalam Bahasa Sasak, Bau mengandung arti mengumpulkan atau menangkap dan Nyale adalah sejenis hewan laut berupa cacing laut yang enak diolah sebagai ragam masakan seafood ala Lombok.
Jadi Bau Nyale merupakan aktivitas masyarakat untuk mengumpulkan atau menangkap cacing laut, upacara atau tradisi unik ini dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 menurut penanggalan tradisional Suku Sasak atau tepatnya adalah 5 hari setelah bulan purnama. Umumnya digelar antara bulan Februari dan Maret setiap tahunnya.
Adapun sejarah akan munculnya tradisi atau upacara Bau Nyale di Lombok ini, berawal dari kisah legenda Putri Mandalika yang cantik. Mandalika sendiri memang begitu populer saat ini, seolah menjadi sebuah ikon bagi Lombok, termasuk sirkuit internasional di Lombok menyematkan kata “Mandalika”.
Masyarakat di Lombok percaya bahwa Nyale adalah jelmaan Putri Mandalika, seorang gadis yang sangat cantik jelita terlahir dari pasangan Raja Tonjang Beru dan Putri Dewi Seranting dari wilayah Kerajaan Tonjang Beru dalam hikayat kuno Suku Sasak.
baca juga; budaya dan tradisi unik di Lombok >>>>
Karena terlalu cantik, sang putri diperebutkan oleh banyak pangeran dari berbagai kerajaan di Lombok seperti Kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha dan Beru. Tentu saja ini membuat sang putri kebingungan harus memilih salah seorang dari pangeran-pangeran perkasa dan rupawan yang semuanya memiliki hati welas asih dan baik hati.
Tak ingin terjadi kekacauan di kemudian hari jika sang putri memilih salah satu diantaranya, Putri Mandalika memutuskan untuk menolak semua pinangan dari pangeran-pangeran tersebut dan memilih untuk mengasingkan diri ke tempat yang sepi yaitu laut.
Karena kecintaan sang Putri dengan masyarakat Lombok dan tidak ingin terjadi keributan apalagi peperangan yang akan menyengsarakan rakyat maka sang putri mengorbankan diri dengan menceburkan diri ke tengah laut.
Semenjak itu laut dimana sang putri menenggelamkan diri menjadi sarang dan rumah beratus cacing warna-warni yang oleh masyarakat setempat dipercaya sebagai jelmaan dari sang putri di dasar samudera.
Bau Nyale, Tradisi Memburu Putri Mandalika Di Pantai Lombok
Seperti diketahui bahwa setiap tanggal 20 bulan 10 penanggalan Suku Sasak, ribuan masyarakat di Lombok NTB merayakan tradisi Bau Nyale. Bau Nyale adalah tradisi yang dilakukan turun-temurun dimana di dalamnya ada ribuan warga Lombok menangkap cacing di sepanjang pantai Pulau Lombok.
Cacing-cacing laut atau Nyale dipercaya adalah jelmaan Putri Mandalika yang memilih menceburkan diri ke laut lepas guna menghindari peperangan antar pangeran yang berniat memperebutkan dirinya.
Legenda Putri Mandalika sangat dikenal hampir di seluruh penjuru Pulau Lombok meskipun secara ilmiah, belum ada bukti sejarah atau lontar yang ditemukan membenarkan legenda rakyat Lombok yang menjadi terkenal hingga saat ini.
Saat upacara Bau Nyale digelar, keramaian mulai terlihat di sepanjang pantai bagian Selatan, Tengah, hingga Timur mulai dari Pantai Kute, Pantai Seger, Pantai Kaliantan hingga Pantai Tabuan dipadati oleh ribuan warga.
Contohnya adalah Pantai Seger di Desa Kuta yang juga merupakan sebuah objek wisata populer di kawasan pariwisata Lombok Tengah, dini hari setiap perayaan tradisi Bau Nyale sudah didatangi oleh ratusan warga yang berkumpul dan bersiap-siap merayakan tradisi Bau Nyale atau aktivitas menangkap cacing laut.
baca juga; objek wisata populer di Lombok >>>>
Mereka membawa peralatan seadanya saja seperti lampu penerangan sederhana, ember besar, jaring-jaring dalam beragam bentuk dan ukuran telah siap dipegang lalu mereka bergerak mengikuti arah air laut yang tersapu ombak dan inilah menjadi penyebab cacing-cacing laut beragam warna terdampar ke pinggir laut. Cacing-cacing tersebut menggeliat-geliat dalam warna-warni cantik yaitu merah, hijau dan kuning.
Seperti ingin membuktikan bakti mereka kepada Putri Mandalika yang cantik dan bijaksana, ratusan warga mulai menyebar, ada yang memilih berjalan di tepi bebatuan pantai yang berombak tenang, menunggu Nyale berenang dengan jinak mendekati kaki mereka atau ada yang menerjang ombak dan penuh semangat meraup ribuan cacing yang terdampar di pinggir pantai.
Yang perlu diperhatikan dalam mengumpulkan cacing-cacing laut ini adalah kesabaran dan tidak mudah putus asa agar tangkapan banyak. Mereka yang berburu cacing laut adalah dari berbagai usia, mulai anak-anak hingga dewasa, laki-laki dan perempuan tidak ada batasan. Mereka berbaur mempunyai tujuan yang sama untuk menemukan sebanyak-banyaknya jelmaan Putri Mandalika yang dilakukan dalam suasana penuh kegembiraan.
Nyale warna-warni ini dikenal sebagai jenis hewan laut yang mengandung protein cukup tinggi sehingga sangat nikmat dan layak dikonsumsi sebagai teman makan nasi yang hanya ada setahun sekali. Biasanya warga Lombok membuat pepes Nyale, goreng kriuk Nyale dan isian sup ikan laut yang lezat.
Mereka akan memasak di pinggir pantai beralaskan pasir dengan bahan-bahan sederhana mampu menyebarkan aroma gurih pepes Nyale yang dicampur dengan beragam jenis rempah Nusantara sebagai bumbu. Semua turut bergembira.
Warga menilai bahwa tradisi ini bisa memberikan sensasi kenikmatan yang hanya dapat dilakukan sekali dalam setahun dan tentu saja apik dikemas sebagai objek wisata budaya yang mampu menarik minat para wisatawan yang sedang liburan di Lombok untuk turut serta dalam kegiatan sederhana ini.
Bali Tours Club menyediakan berbagi informasi lengkap objek wisata populer di Bali, sewa mobil, sewa bus pariwisata, layanan fast boat dan paket tour murah di Bali. Tersedia juga berbagai rekreasi petualangan seperti wisata mendaki, cruise, watersport, cycling tour dan rafting di Ayung Ubud dengan harga lebih murah.
Leave a Reply